Tampilkan postingan dengan label Berbagi Kisah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Berbagi Kisah. Tampilkan semua postingan

Minggu, 01 Januari 2012

Ketika Ia Minta Izin #POLIGAMI


-Abi-

"Pernikahan itu, jika Abi analogikan seperti abi dan ummi yang sedang mengarungi sebuah perairan panjang tuk menuju ke sebuah muara, yaitu muaranya Sang Rabb tercinta. Kita berjanji atas nama kesucian cinta pernikahan kita tuk sama-sama meraih rihdo Allah. Berdua dengan sebuah sampan kita dayung bersama tuk menuju muara-Nya..." terdiam sejenak.
"Tapi... di awal perjalanan, kita begitu menikmati perjalanan dengan cinta kita, hingga di pertengahan jalan pun, kita bertambah asyik dengan cinta kita. Kita sedikit lupa atau memang benar-benar lupa dengan tujuan awal kita mengarungi perairan ini..." sejenak menarik nafas.
"Ummi masih ingat sebuah hadist yang isinya tentang betapa cemburunya Allah pada kita, jika kita lebih mencintai sesuatu atau seseorang lebih daripada cinta kita pada Allah?" pelan Abi bertanya.
"Abi tidak ingin cinta Ummi pada Abi jauh lebih besar dari cinta Ummi pada Allah. Abi ingin, Ummi seperti dulu sebelum Ummi mengenal Abi, ketika itu Ummi tidak mencintai Abi kan? tidak menganggap Abi begitu istimewa. Abi ingin, Ummi kembali meletakkan cinta pada Allah lebih di atas cinta segala-galanya" menatap penuh ketulusan.
"Abi berujar seperti ini, bukan berarti Abi tidak mencintai Ummi. Abi mencintai Ummi karena Allah. Mencintai Ummi, lebih dari yang Ummi tahu" pelan menyentuh jari-jemarinya.
"Abi tahu ini berat bagi Ummi. Tapi, cobalah Ummi ingat tujuan awal sebuah pernikahan adalah hanyalah untuk meraih ridho Allah. Perumpamaan sampan tadi, jika ternyata kita menerima penumpang lain di sampan kita dengan tujuan muara yang sama, bukankah dengan bertambah satu penumpang itu artinya akan mempercepat laju sampan kita menuju ke muara-Nya. Iya kan Mi...?" tak sanggup menatap sang mata yang mulai rintik satu persatu.
"Ummi kenal dengan beliau, juga kenal dengan almarhum suami beliau. Tentu Ummi pun tau pasti tentang alasan apa yang melatarbelakangi Abi mengajukan sebuah keinginan ini" semakin tak sanggup menatap raut wajahnya yang makin mendung.
"Ini proposal beliau, apakah Ummi mengizinkan Abi untuk melanjutkan proses ini?" sebuah pertanyaan terucap dengan penuh kehati-hatian.


-Ummi-

Apa yang mesti ku jawab, bagai arus tsunami ku rasa kini, yang air bah-nya telah menghempas ke sana-ke mari ruang hatiku. Telah memporak-porandakan hatiku. Lebih dari mendung yang ku rasa kini. Jika pun bisa berteriak sekuat suara petir atau halilintar mungkin akan ku lakukan itu. Tapi, hanya diam yang dapat ku lakukan kini. hanya sebuah tetesan bening yang dapat ku wujudkan dari rasa ku kini.
Apa ini. Mimpikah aku?!
Baru berselang tahun keempat aku mengenalnya, mencintainya sepenuhnya, meleburkan hidupku bersamanya, memberikan semua hatiku padanya, sepenuhnya mengabdi padanya. Masih kurangkah?
Rasanya baru hari kemarin ia memintaku pada orangtuaku, baru hari kemarin ia dengan lantang mengucap janji setianya padaku di depan penghulu, orangtuaku, juga seluruh saksi yang hadir.
Baru hari kemarin, ia tersenyum padaku, menghapus setiap tangisku, menghalau setiap takutku.
Baru hari kemarin, kami merancang peta hidup kami berdua, hanya berdua.
Lalu, ada apa dengannya hari ini.
Selepas Lail tadi, ia masih berkata mesra padaku.
Selepas shubuh tadi, ia buatkan aku segelas susu saat aku sedang bermain-main dengan bidadari kecil kami.
Lalu, mengapa pagi ini, ia tega menciptakan tsunami dalam hatiku.
Adakah yang salah denganku selama ini?
Dua lember kertas kini berdiam manis di antara jemariku, berisi biodata singkat seorang akhwat yang sungguh aku telah mengenalnya dengan cukup baik, juga tentang kehidupan sang akhwat saat ini.
Tak hendak ku robek atau ku buang, tapi juga tak hendak ku lihat dan ku baca. Masih diam.
 ---
Satu hari berlalu, dua hari terlewat, tanpa ada tanya lagi darinya tentang inginnya yang lalu. Ia bersikap biasa, seperti tak terjadi apa-apa. Ia masih ikut bermain bersama saat aku dan bidadri kecilku bersenda gurau. Ia masih membuatkan ku susu juga untuk bidadari kecilku. Ia masih bercerita tentang apa saja yang terjadi seharian tadi di kantor, sebelum kami sama-sama terlelap dalam mimpi kami masing-masing. Ia juga masih membangunkan aku di sepertiga malam, juga masih maminta doa yang sama. Ia masih Abiku yang dulu. Sedang aku, berusaha sembunyikan hati yang retak akibat terjangan tsunami kemarin.
---
Sekilas memori lalu tiba-tiba Allah hadirkan kembali dalam mimpiku.

"Subhanallah sekali ya beliau itu, padahal anaknya masih kecil-kecil loh, tapi beliau tetap tegar mengahadapi cobaan hidupnya" seorang yang tak ku kenal tiba-tiba berujar di hadapanku.
"Bi, kasihan ya sama mbak itu. Selepas almarhum suaminya meninggal, gak taunya dua minggu kemudian anaknya yang bungsu juga ikut menyusul abinya. Waktu di majelis pengajian ummi kemarin, ustdzahnya ummi kan teman akrabnya beliau, ustdzahnya ummi cerita mengenai beliau, duh bi sedih banget. Kalau ummi di kasih cobaan seperti itu, sepertinya ummi gak kan sanggup" ku dengar ucapanku bergema dalam telingaku.
"Semua hanya titipan dari Allah, suami, anak, harta, semuanya milik Allah, jika Allah berkehendak tuk mengambilnya dari kita, apa mungkin kita bisa menolak, atau mungkin kita marah-marah sama Allah"

Hingga akhirnya aku pun tersadar. Semua hanya titipan, suami, anak, harta semuanya milik Allah.
Milik Allah, tentu aku tak berhak memiliki Abi sepenuhnya. Abi juga milik Allah, jika Allah berkehendak untuk Abi menikah lagi, mengapa aku harus bersikap egois seperti ini, seakan-akan Abi hanyalah milikku, punyaku seorang, astghfirullah...
Dan lagi, aku yakin, Abi menikahinya bukan karna fisik atau harta beliau, tapi karena agama dan juga karena Allah.
---
Senja ini kan jadi saksi tentang ucapanku kini.
Bersama bidadari kecilku yang tertidur pulas dalam pangkuanku.
Duduk bersampingan dengannya.
Entah kekuatan dan keyakinan dari mana, akhirnya ku jawab juga pertanyaannya yang dulu.
Ia sedang bernyanyi pelan. Salah satu kebiasaannya yang ku suka, walau dengan suara yang pas-pasan, tapi tetap merdu di telingaku, ia sangat suka menyanyikan lagu 'Dialog Dua Hati' untukku.
Dan aku selalu menangis saat ia menyanyikannya untukku.
"Bi..." ku panggil pelan beriring senyum ku sapa ia. Ia terus saja bernyanyi.
"Lanjutkan lah proses yang kemarin" aku kembali tersenyum padanya. Ku lihat ia terdiam.
"Entah mengapa, ada ketengan tersendiri yang kini Ummi rasakan. Ummi yakin, Abi gak akan berubah. Ummi juga percaya niat Abi menikahi beliau juga karena Allah bukan karena yang lain" ucapku pelan.
Genggaman tangannya membuatku kembali sadar akan tujuan awal pernikahan kami, ridho Allah.

---


ini hanya sebuah tulisan biasa, tak ada maksud apa-apa.
entah mengapa, aku selalu tertarik untuk menulis cerita yang bertema tentang 'poligami'.
juga selalu berempati pada kisah rumah tangga yang menjalani poligami.
wktu booming berita aa'gym menikah lagi, wah heboh semua kalangan masyarakat berkomentar, juga beberapa kelompok ibu-ibu ada pula yang tega menghujat aa'gym, mendadak majelis yang ada aa'gym sebagai pengisi yang biasanya ramai menjdi sepi.
tentu kita tak ada hak untuk 'berkomentar' panjang toh yang menjalaninya aa'gym. Yang tau alasannya juga hanya beliau.
okelah, kisahnya juga tlah lama berlalu, sebagai muslim yang baik, mari kita saling mendoakan.
terkait kisah fiktif di atas, fenomena saat ini yang sering terlihat dan di rasa. Ada beberapa pasang suami-istri, yang setelah menikah biasanya begitu saling cintaaaaaa banget (yah! wajar dooong! *hehe, jangan tersinggug) hanya sekedar mengingatkan jangan terlalu berlebihan ketika mencintai pasangan kita (kan Allah tidak suka sesuatu yang sifatnya BERLEBIHAN). 
beberapa waktu lalu, pernah terbaca status fb seorang akhwat yang yah baru sebulanan lah menikah, di tulisan statusnya itu (maaf) rada lebay dikitlah... "aku rindu, aku tak butuh obat, aku hanya butuh kamu di sampingku, aku tak bisa jauh darimu, betapa aku sayang kamu" (hhhmmmm... kenapa yah, beberapa ikhwan-akhwat mendadak jadi pujangga dan pujanggawati 'lebay' ba'da menikah. Terus juga kadang suka obral kemesraan di fb).

Asma’ binti Abu Bakar radhiyallahu’anhuma meriwayatkan, suatu saat dia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak ada seorang pun yang lebih pencemburu daripada Allah ‘azza wa jalla.” (HR. Bukhari dan Muslim, lihat Syarh Muslim li an-Nawawi [9/28] cet. Dar Ibnu al-Haitsam Tahun 2003)

Abu Hurairah radhiyallahu’anhu meriwayatkan, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seorang mukmin itu merasa cemburu, sedangkan Allah lebih besar rasa cemburunya -daripada dirinya-.” (HR. Bukhari dan Muslim, lihat Syarh Muslim li an-Nawawi [9/29] cet. Dar Ibnu al-Haitsam Tahun 2003)


*Afwan jika ada kata atau kalimat yang menyinggung. ini hanya sebuah tulisan biasa, di dedikasikan secara khusus buat saya pribadi dan secara umum untuk kalian semua ^_^v  

Rabu, 26 Oktober 2011

Agenda Harian Seorang Muslim :)


Semoga kita senantiasa terpacu untuk mengukir prestasi amal yang akan memperberat timbangan kebaikan di yaumil akhir, berikut rangkaian yang bisa dilakukan

1. Agenda pada sepertiga malam akhir

a. Menunaikan shalat tahajjud dengan memanjangkan waktu pada saat ruku’ dan sujud di dalamnya,

b. Menunaikan shalat witir

c. Duduk untuk berdoa dan memohon ampun kepada Allah hingga azan subuh

Rasulullah saw bersabda:

يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الْآخِرُ فَيَقُولُ مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ

“Sesungguhnya Allah SWT selalu turun pada setiap malam menuju langit dunia saat 1/3 malam terakhir, dan Dia berkata: “Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku maka akan Aku kabulkan, dan barangsiapa yang meminta kepada-Ku maka akan Aku berikan, dan barangsiapa yang memohon ampun kepada-Ku maka akan Aku ampuni”. (HR. Bukhari Muslim)


2. Agenda Setelah Terbit Fajar

a. Menjawab seruan azan untuk shalat subuh

” الَّلهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلاَةِ الْقَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيْلَةَ وَالْفَضِيْلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُوْدًا الَّذِي وَعَدْتَهُ “

“Ya Allah, Tuhan pemilik seruan yang sempurna ini, shalat yang telah dikumandangkan, berikanlah kepada Nabi Muhammad wasilah dan karunia, dan bangkitkanlah dia pada tempat yang terpuji seperti yang telah Engkau janjikan. (Ditashih oleh Al-Albani)

b. Menunaikan shalat sunnah fajar di rumah dua rakaat

Rasulullah saw bersabda:

رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا

“Dua rakaat sunnah fajar lebih baik dari dunia dan segala isinya”. (Muslim)

وَ قَدْ قَرَأَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فِي رَكْعَتَي الْفَجْرِ قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُوْنَ وَقُلْ هُوَ اللهُ أَحَدَ

“Nabi saw pada dua rakaat sunnah fajar membaca surat “Qul ya ayyuhal kafirun” dan “Qul huwallahu ahad”.

c. Menunaikan shalat subuh berjamaah di masjid –khususnya- bagi laki-laki.

Rasulullah saw bersabda:

وَلَوْ يَعْلَمُوْنَ مَا فِي الْعَتْمَةِ وَالصُّبْحِ لأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا

“Sekiranya manusia tahu apa yang ada dalam kegelapan dan subuh maka mereka akan mendatanginya walau dalam keadaan tergopoh-gopoh” (Muttafaqun alaih)

بَشِّرِ الْمَشَّائِيْنَ فِي الظّلَمِ إِلَى الْمَسَاجِدِ بِالنُّوْرِ التَّامِّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Berikanlah kabar gembira kepada para pejalan di kegelapan menuju masjid dengan cahaya yang sempurna pada hari kiamat”. (Tirmidzi dan ibnu Majah)

d. Menyibukkan diri dengan doa, dzikir atau tilawah Al-Quran hingga waktu iqamat shalat

Rasulullah saw bersabda:

الدُّعَاءُ لاَ يُرَدُّ بَيْنَ الأَذَانِ وَالإِقَامَةِ

“Doa antara adzan dan iqamat tidak akan ditolak” (Ahmad dan Tirmidzi dan Abu Daud)

e. Duduk di masjid bagi laki-laki /mushalla bagi wanita untuk berdzikir dan membaca dzikir waktu pagi

Dalam hadits nabi disebutkan:

كَانَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” إَذَا صَلَّى الْفَجْرَ تَرَبَّعَ فِي مَجْلِسِهِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ الْحَسَنَاءُ

” Nabi saw jika selesai shalat fajar duduk di tempat duduknya hingga terbit matahari yang ke kuning-kuningan”. (Muslim)

Agenda prioritas

Membaca Al-Quran.

Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya waktu fajar itu disaksikan (malaikat). (Al-Isra : 78) Dan memiliki komitmen sesuai kemampuannya untuk selalu:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah lebih banyak dari itu semua, maka akan menuai kebaikan berlimpah insya Allah.

3. Menunaikan shalat Dhuha walau hanya dua rakaat

Rasulullah saw bersabda:

يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلَامَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْيٌ عَنْ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنْ الضُّحَى

“Setiap ruas tulang tubuh manusia wajib dikeluarkan sedekahnya, setiap hari ketika matahari terbit. Mendamaikan antara dua orang yang berselisih adalah sedekah, menolong orang dengan membantunya menaiki kendaraan atau mengangkat kan barang ke atas kendaraannya adalah sedekah, kata-kata yang baik adalah sedekah, tiap-tiap langkahmu untuk mengerjakan shalat adalah sedekah, dan membersihkan rintangan dari jalan adalah sedekah”. (Bukhari dan Muslim)

4. Berangkat kerja atau belajar dengan berharap karena Allah

Rasulullah saw bersabda:

مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمِلِ يَدِهِ، وَكَانَ دَاوُدُ لا يَأْكُلُ إِلا مِنْ عَمِلِ يَدِهِ

“Tidaklah seseorang memakan makanan, lebih baik dari yang didapat oleh tangannya sendiri, dan bahwa nabi Daud makan dari hasil tangannya sendiri”. (Bukhari)

Dalam hadits lainnya nabi juga bersabda:

مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang berjalan dalam rangka mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga”. (Muslim)

d. Menyibukkan diri dengan dzikir sepanjang hari

Allah berfirman :

أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

“Ketahuilah dengan berdzikir kepada Allah maka hati akan menjadi tenang” (Ra’ad : 28)

Rasulullah saw bersabda:

أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللهَ أَنْ تَمُوْتَ ولسانُك رَطْبٌ من ذِكْرِ الله

“Sebaik-baik perbuatan kepada Allah adalah saat engkau mati sementara lidahmu basah dari berdzikir kepada Allah” (Thabrani dan Ibnu Hibban) .

5. Agenda saat shalat Zhuhur

a. Menjawab azan untuk shalat Zhuhur, lalu menunaikan shalat Zhuhur berjamaah di Masjid khususnya bagi laki-laki

b. Menunaikan sunnah rawatib sebelum Zhuhur 4 rakaat dan 2 rakaat setelah Zhuhur

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ صَلَّى اثْنَتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً فِي يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ بُنِيَ لَهُ بِهِنَّ بَيْتٌ فِي الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang shalat 12 rakaat pada siang dan malam hari maka Allah akan membangunkan baginya dengannya rumah di surga”. (Muslim).

6. Agenda saat dan setelah shalat Ashar

a. Menjawab azan untuk shalat Ashar, kemudian dilanjutkan dengan menunaikan shalat Ashar secara berjamaah di masjid

b. Mendengarkan nasihat di masjid (jika ada)

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ لا يُرِيدُ إِلا أَنْ يَتَعَلَّمَ خَيْرًا أَوْ يَعْلَمَهُ، كَانَ لَهُ كَأَجْرِ حَاجٍّ تَامًّا حِجَّتُهُ

“Barangsiapa yang pergi ke masjid tidak menginginkan yang lain kecuali belajar kebaikan atau mengajarkannya, maka baginya ganjaran haji secara sempurna”. (Thabrani – hasan shahih)

c. Istirahat sejenak dengan niat yang karena Allah

Rasulullah saw bersabda:

وَإِنَّ لِبَدَنِكَ عَلَيْكَ حَقٌّ

“Sesungguhnya bagi setiap tubuh atasmu ada haknya”.

Agenda prioritas:

Membaca Al-Quran dan berkomitmen semampunya untuk:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan, maka akan menuai kebaikan yang berlimpah insya Allah.

7. Agenda sebelum Maghrib

a. Memperhatikan urusan rumah tangga – melakukan mudzakarah – Menghafal Al-Quran

b. Mendengarkan ceramah, nasihat, khutbah, untaian hikmah atau dakwah melalui media

c. Menyibukkan diri dengan doa

Rasulullah saw bersabda:

الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ

“Doa adalah ibadah”

8. Agenda setelah terbenam matahari

a. Menjawab azan untuk shalat Maghrib

b. Menunaikan shalat Maghrib secara berjamaah di masjid (khususnya bagi laki-laki)

c. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Maghrib – 2 rakaat

d. Membaca dzikir sore

e. Mempersiapkan diri untuk shalat Isya lalu melangkahkan kaki menuju masjid

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ تَطَهَّرَ فِي بَيْتِهِ ثُمَّ مَشَى إِلَى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ لِيَقْضِيَ فَرِيضَةً مِنْ فَرَائِضِ اللَّهِ كَانَتْ خَطْوَتَاهُ إِحْدَاهُمَا تَحُطُّ خَطِيئَةً وَالْأُخْرَى تَرْفَعُ دَرَجَةً

“Barangsiapa yang bersuci/berwudhu kemudian berjalan menuju salah satu dari rumah-rumah Allah untuk menunaikan salah satu kewajiban dari kewajiban Allah, maka langkah-langkahnya akan menggugurkan kesalahan dan yang lainnya mengangkat derajatnya”. (Muslim)

9. Agenda pada waktu shalat Isya

a. Menjawab azan untuk shalat Isya kemudian menunaikan shalat Isya secara jamaah di masjid

b. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Isya – 2 rakaat

c. Duduk bersama keluarga/melakukan silaturahim

d. Mendengarkan ceramah, nasihat dan untaian hikmah di Masjid

e. Dakwah melalui media atau lainnya

f. Melakukan mudzakarah

g. Menghafal Al-Quran

Agenda prioritas

Membaca Al-Quran dengan berkomitmen sesuai dengan kemampuannya untuk:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan bacaan maka telah menuai kebaikan berlimpah insya Allah.


Apa yang kita jelaskan di sini merupakan contoh, sehingga tidak harus sama persis dengan yang kami sampaikan, kondisional tergantung masing-masing individu. Semoga ikhtiar ini bisa memandu kita untuk optimalisasi ibadah insya Allah. Allahu a’lam

Jazaakillah

Sedikit revisi dari : http://www.al-ikhwan.net/agenda-harian-ramadhan-menuju-bahagia-di-bulan-ramadhan-2989/

Melepas Tiga Simpul Ikatan Syetan


Melepas Tiga Simpul Ikatan Syetan

Allah subhaanahu wa ta’aala menganjurkan ummat Islam untuk bangun malam menegakkan sholat malam atau tahajjud atau qiyamul-lail. Hal ini sebagai tambahan yang akan membawa banyak manfaat bagi seorang muslim.

وَمِنَ اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نَافِلَةً لَكَ عَسَى أَنْ يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَحْمُودًا

”Dan pada sebahagian malam hari sholat tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu: mudah-mudahan Rabb-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.” (QS Al-Israa ayat 79)

Muslim yang sholat tahajjud dijanjikan Allah ta’aala akan diangkat derajatnya ke tempat terpuji. Oleh karenanya Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam tidak pernah membiarkan malam berlalu tanpa bangun untuk sholat tahajjud. Bahkan dalam suatu kesempatan isteri beliau, Aisyah radhiyallahu ’anha tampak tidak tega melihat akibat lamanya Nabi shollallahu ’alaih wa sallam berdiri dalam sholat.

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا صَلَّى قَامَ حَتَّى تَفَطَّرَ
رِجْلَاهُ قَالَتْ عَائِشَةُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَتَصْنَعُ هَذَا وَقَدْ غُفِرَ لَكَ
مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ فَقَالَ يَا عَائِشَةُ أَفَلَا أَكُونُ عَبْدًا شَكُورًا

Apabila Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam sholat beliau berdiri hingga kedua kaki beliau pecah-pecah. Maka Aisyah radhiyallahu ’anha berkata: “Ya Rasulullah, mengapa engkau berbuat demikian padahal telah diampuni segenap dosamu yang lalu dan yang akan datang.” Maka beliau bersabda: ”Tidak pantaskah aku menjadi hamba yang bersyukur?” (HR Muslim 13/442)

Tapi bagi orang yang belum terbiasa melaksanakan sholat malam ia akan merasakannya sebagai suatu ibadah yang sangat berat. Dan biasanya faktor yang paling menghambat adalah ketidakberdayaannya melawan nafsu tidurnya. Apalagi bagi mereka yang super sibuk di siang hari sampai malam hari. Mereka cenderung akan menganggap sholat tahajjud sebagai sholat sunnah yang dirasa tidak terlalu penting. Padahal walaupun ia berstatus hukum sunnah bukan wajib, tetapi faktanya menunjukkan bahwa tidak satu malampun Nabi shollallahu ’alaih wa sallam pernah meninggalkan praktek sholat tahajjud. Hal ini menggambarkan betapa besar keistimewaan sholat tahajjud.

Bahkan sahabatpun pernah ketiduran sehingga terlewat melakukan sholat malam. Dalam hal ini Nabi shollallahu ’alaih wa sallam menggambarkan bahwa orang yang tertidur sampai subuh sehingga tidak melaksanakan sholat malam berarti telinganya telah berhasil dikencingi syetan ketika sedang tidur malam.

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ ذُكِرَ عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلٌ
فَقِيلَ مَا زَالَ نَائِمًا حَتَّى أَصْبَحَ مَا قَامَ إِلَى الصَّلَاةِ فَقَالَ بَالَ الشَّيْطَانُ فِي أُذُنِهِ

Dari Abdullah ibnu Mas’ud radhiyallahu ’anhu, dia berkata: “Disebutkan tentang seseorang di hadapan Nabi shollallahu ’alaih wa sallam dengan mengatakan: ”Ia senantiasa tidur hingga subuh, ia tidak bangun untuk sholat.” Maka Nabi shollallahu ’alaih wa sallam bersabda: “Syetan telah kencing di telinganya.” (HR Bukhary 4/313)

Maka, alhamdulillah kita ummat Islam memperoleh bimbingan langsung dari Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam bagaimana kiat mengatasi kemalasan untuk bangun sholat malam. Dan ternyata dalam hadits ini kita diajarkan perkara ghaib yang tidak mungkin bakal kita ketahui kecuali lewat informasi kenabian yang Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam sendiri tentu dapatkan dari Allah ta’aala Yang Maha Mengetahui perkara yang ghaib maupun nyata. Rupanya saat manusia sedang tidur malam syetan bekerja keras untuk menghalanginya dari bangun mengingat Allah ta’aala dan beribadah.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّه صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يَعْقِدُ الشَّيْطَانُ عَلَى قَافِيَةِ رَأْسِ أَحَدِكُمْ إِذَا هُوَ نَامَ ثَلَاثَ عُقَدٍ يَضْرِبُ كُلَّ عُقْدَةٍ عَلَيْكَ لَيْلٌ طَوِيلٌ فَارْقُدْ فَإِنْ اسْتَيْقَظَ فَذَكَرَ اللَّهَ انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ فَإِنْ تَوَضَّأَ انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ فَإِنْ صَلَّى انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ فَأَصْبَحَ نَشِيطًا طَيِّبَ النَّفْسِ وَإِلَّا أَصْبَحَ خَبِيثَ النَّفْسِ كَسْلَانَ

“Dari Abu Hurairah radhiyallahu ’anhu bahwa Nabi shollallahu ’alaih wa sallam bersabda: “Syetan akan mengikat tengkuk salah seorang di antara kamu apabila ia tidur dengan tiga ikatan. Syetan men-stempel setiap simpul ikatan atas kalian dengan mengucapkan: Bagimu malam yang panjang maka tidurlah. Apabila ia bangun dan berdzikir kepada Allah ta’aala maka terbukalah satu ikatan. Apabila ia wudhu, terbuka pula satu ikatan. Apabila ia sholat, terbukalah satu ikatan. Maka, di pagi hari ia penuh semangat dan segar. Jika tidak, niscaya di pagi hari perasaannya buruk dan malas.” (HR Bukhary 4/310)

Jadi, ada tiga langkah yang harus dilakukan seorang muslim agar lebih mudah bangun di tengah malam.

Pertama, saat ia terjaga hendaknya ia langsung mengingat Allah ta’aala. Di antaranya bisa dengan mengamalkan hadist di bawah ini. Ini menjadi pelepas simpul ikatan syetan pertama.

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَوَى إِلَى فِرَاشِهِ قَالَ بِاسْمِكَ اللَّهُمَّ أَحْيَا
وَ أَمُوتُ وَإِذَا قَامَ قَالَ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَحْيَانَا بَعْدَ مَا أَمَاتَنَا وَإِلَيْهِ النُّشُورُ

“Apabila Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam beranjak ke tempat tidur, beliau mengucapkan: “Dengan nama-Mu ya Allah aku hidup dan aku mati.” Jika beliau bangun beliau mengucapkan: ”Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah Dia mematikan kami dan kepada-Nya kami dikembalikan.” (HR Bukhary 19/374)

Kedua, segera berwudhu. Ini menjadi pelepas simpul ikatan syetan yang kedua.

Ketiga, segera menegakkan sholat malam. Usahakan sejumlah sepuluh rakaat tahajjud dan satu rakaat witir.

InsyaAllah jika ketiga langkah di atas konsisten dikerjakan maka di pagi seseorang akan menjadi bersemangat dan segar. Siap untuk mengisi harinya dengan berbagai amal sholeh, ibadah, da’wah dan jihad.

Sumber : http://www.eramuslim.com/suara-langit/ringan-berbobot/melepas-tiga-simpul-ikatan-syetan.htm

Senin, 18 Juli 2011

Istriku yang Paling Cantik :)

Pukul 4.05, alert di hpku membangunkan. Ia ikut bangun. Padahal, aku tahu baru pukul 23.30, ia bisa tidur setelah berjibaku dengan kerjanya, kerja rumah tangga, urusan dua anakku, dan mengurusi aku sebagai suami.

Ups, rupanya ia lupa menyetrika baju kantorku. Aku mandi, shalat lail dan shalat subuh. ia selesai pula menyelesaikan itu. Plus, satu stel pakaian kerjaku telah siap.

Aku siap berangkat. Ah, ada yang tertinggal rupanya. AKu lupa memandangi wajahnya pagi ini. "Nda, kamu cantik sekali hari ini," kataku memuji.

Ia tersenyum. "Bang tebak sudah berapa lama kita menikah?" Aku tergagap sebentar. Melongo. Lho, koq nanya itu. hatiku membatin. Aku berhenti sebentar dan menghitung sudah berapa lama kami bersama. Karena, perasaanku baru kemarin aku datang ke rumahnya bersama ust. Bambang untuk meminangnya."Lho, baru kemarin aku datang untuk meminta kamu jadi istriku dan aku nyatakan ‘aku terima nikahnya Herlinda Novita Rahayu binti Didi Sugardhi’ dengan mas kawin sebagaimana tersebut tunai." Kataku cuek sembari mengaduk kopi hangat rasa cinta dan perhatian darinya.

Ia tertawa. Wuih, manis sekali. Mungkin, bila kopi yang aku sruput tak perlu gula. Cukuplah pandangi wajahnya. "Kita sudah delapan tahun Bang." Katanya memberikan tas kerjaku.

"Aku berangkat yah, assalamualaikum," kataku bergeming dari kalimat terakhir yang ia ajukan.

Aku buru-buru. "Hati-hati yah dijalan." Sejatinya, aku ingin ngobrol terus. sayang, KRL tak bisa menunggu dan pukul 7.00 aku harus sudah stand by di ruang studio sebuah stasiun radio di Jakarta.

Aku di jalan bersama sejumlah perasaan. Ada sesuatu yang hilang. Mungkin benar kata Dewa, separuh nafasku hilang saat kau tidak bersamaku. kembali wajahnya menguntit seperti hantu. Hm, cantiknya istriku. Sayang, waktu tidak berpihak kepadaku untuk lebih lama menikmatinya.

Sekilas, menyelinap dedaunan kehidupan delapan tahun lalu. Ketika tarbiyah menyentuh dan menanamkan ke hati sebuah tekad untuk menyempurnakan Dien. Bahwa Allah akan memberikan pertolongan. Bahwa rezeki akan datang walau tak selembar pun kerja kugeluti saat itu. Bahwa tak masalah menerapkan prinsip 3K (Kuliah, Kerja, Kawin).

Sungguh, kala itu kupikir hanya wanita bodoh saja yang mau menerimaku, seorang jejaka tanpa harapan dan masa depan. Tanpa kerja dan orang tua mapan. Tanpa selembar modal ijazah sarjana yang saat itu sedang kukejar. Tanpa dukungan dari keluarga besar untuk menanggung biaya-biaya operasional.

Dan, ternyata benar. Kuliahnya dan kuliahku bernasib serupa. Berantakan. Waktuku habis tersita untuk mengais lembar demi lembar rezeki yang halal. Sementara ia harus merelakan kuliahnya di sebuah perguruan tinggi negeri untuk si Abang, anakku.

Kehidupan harus terus berjalan. Kutarik segepok udara untuk mengisi paru-paruku. Kurasakan syukur mendalam. Walau tanpa kerja dan orang tua mapan, ‘kapal’ku terus berlabuh. Bahkan, kini sudah mengarung lebih stabil dibanding dua dan tiga tahun pertama.

Ternyata, memang benar Allah akan menjamin rezeki seorang yang menikah. Allah akan memberikan rezeki dari arah yang tidak terduga. Walaupun tetap semua janji itu muncul dengan sunatullah, kerja keras. Kerja keras itu terasa nikmat dengan doa dan dampingan seorang wanita yang rela dan ikhlas menjadi istriku.

Namun, aku tahu wajah cantik istri ku mungkin akan memudar dengan segala kesibukan, mempersiapkan makanan untuk si Abang dan Ade yang mau berangkat sekolah, mempersiapkan tugas-tugas untuk pekerjaanya, belum lagi mengurusi tetek bengek rumah tangga. Kelelahan seolah menggeser kecantikan dan kesegarannya. Untunglah, saat aku pulang, ia bisa mengembalikan semua keceriaan itu dengan seulas senyum yang menyelinap dibalik penat dan kelelahan.

Istriku cantik sekali pagi ini. Maafkan aku tak bisa menemanimu. Namun, doa dan ridhaku selalu bersamamu.

Sayangku,kumohon dekat di sini
temani jasadku yang belum mati
Aku melayang


---------
fikriaty ibnu abbas
copas dr http://www.dudung.net/artikel-islami/isteriku-tetap-yang-paling-cantik.html

Ada Apa denganmu Perempuanku?


Tidakkah kau lihat langit begitu cerah? Tidakkah kau rasakan udara yang berhembus perlahan, sungguh segar dan membuat nyaman. Bukankah kau selalu jatuh cinta pada pagi yang hangat? Rasakan, pagi ini matahari pun mengajakmu kembali dalam pelukannya yang hangat, burung-burung bernyanyi riuh, seakan rindu akan senandungmu. Tapi, mengapa kulihat kabut dimatamu?

Duh, seandainya saja kau membutuhkan tempat untuk berbagi, mengapa tidak kau percayai aku? Berbagilah denganku, jangan ragu untuk berbagi duka itu, jangan sungkan untuk membagi nestapa itu.

Perempuanku, aku ingin melihatmu tersenyum, aku ingin mendengarmu tertawa. Aku ingin melihat kau bercanda kembali seperti hari-hari lalu yang pernah terlewati. Tersenyumlah padaku, tertawalah bersamaku, bercandalah denganku, karena luka itu akan segera berlalu.

Bukankah setiap kita tak pernah luput dari salah dan khilaf, lalu mengapa kau salahkan diri atas semua duka yang kini singgah dalam kehidupanmu? Tak ada gunanya untuk bersikap seperti itu terus menerus, berjuanglah untuk bangkit. Ia tahu jika kau menyesal, Ia paham kau merasa berdosa, dan kau pun tahu bahwa Ia Maha Pengampun.

Percayalah, Ia sangat menyayangimu, seperti ia menyayangi yang lainnya. Jangan merasa diperlakukan tidak adil, jangan merasa hina, dirimu adalah pribadi yang mandiri yang tidak bisa disamakan dengan orang lain. Kau mungkin tidak memiliki kecantikan, mungkin juga tidak punya kepandaian, atau bahkan kau mungkin tidak berharta, bisa juga kau tidak bergelar apapun, tapi bukankah kau selalu berusaha untuk mencintaiNya, kau selalu belajar agar selalu dekat denganNya?

Aku tahu kau tak pernah berhenti mengingatNya, dalam setiap napas selalu kau sebut namaNya. Adakah yang lebih penting dari mencintaiNya dengan sungguh-sungguh? Adakah yang lebih penting dari mendapatkan cintaNya?

Karena itu perempuanku, saat hatimu terluka, atau saat hidupmu terasa sempit, aku tahu kau mengerti bagaimana menghadapi luka, bagaimana cara menyikapi kesempitan, meski saat ini kau merasa terpuruk, merasa sendiri, merasa tak ada yang peduli, tak ingatkah kau? Bahwa Ia selalu bersamamu.

Ayolah perempuanku, saatnya kini untuk bangkit, untuk berjuang melawan kesempitan, saatnya kembali tersenyum ketika pagi tiba, saatnya kembali memulai hari dengan semangat. Biarkan luka itu menempa dirimu menjadi kuat, menjadi tegar, menjadi tangguh.


--------
Penulis : Siti Julaeha
copas dr http://www.dudung.net/

Sabtu, 18 Juni 2011

-Dosa yang lebih besar dari berzina-

Dari http://www.isuhangat.net/2009/12/29/dosa-yang-lebih-besar-dari-berzina/#more-396

Pada suatu senja yang lenggang, terlihat seorang wanita berjalan terhuyung-huyung. Pakaianya yang serba hitam menandakan bahwa ia berada dalam dukacita yang mencekam.

Kerudungnya menagkup rapat hampir seluruh wajahnya. Tanpa hias muka atau perhiasan menempel di tubuhnya. Kulit yang bersih, badan yang ramping dan roman mukanya yang ayu, tidak dapat menghapus kesan kepedihan yang tengah meruyak hidupnya. Dia melangkah terseret-seret mendekati kediaman rumah Nabi Musa a.s.

Diketuknya pintu pelan-pelan sambil mengucapkan uluk salam. Maka terdengarlah ucapan dari dalam “Silakan masuk”.

Perempuan cantik itu lalu berjalan masuk sambil kepalanya terus merunduk. Air matanya berderai tatkala ia berkata,“Wahai Nabi Allah. Tolonglah saya. Doakan saya agar Tuhan berkenan mengampuni dosa keji saya."

“Apakah dosamu wahai wanita ayu?” tanya Nabi Musa a.s. terkejut.

“Saya takut mengatakannya.” jawab wanita cantik.

“Katakanlah jangan ragu-ragu!” desak Nabi Musa.

Maka perempuan itupun terpatah bercerita, “Saya… telah berzina. “

Kepala Nabi Musa terangkat,hatinya tersentak.

Perempuan itu meneruskan, “Dari perzinaan itu saya pun… lantas hamil. Setelah anak itu lahir, langsung saya… cekik lehernya sampai… tewas,” ucap wanita itu seraya menangis sejadi-jadinya.

Nabi Musa berapi-api matanya. Dengan muka berang ia menghardik,

“Perempuan bejad, enyah kamu dari sini! Agar siksa Allah tidak jatuh ke dalam rumahku karena perbuatanmu. Pergi!”… teriak Nabi Musa sambil memalingkan mata karena jijik.

Perempuan berwajah ayu dengan hati bagaikan kaca membentur batu, hancur luluh segera bangkit dan melangkah surut. Dia terantuk-antuk keluar dari dalam rumah Nabi Musa. Ratap tangisnya amat memilukan. Ia tak tahu harus kemana lagi hendak mengadu. Bahkan ia tak tahu mau dibawa kemana lagi kaki-kakinya.

Bila seorang Nabi saja sudah menolaknya, bagaimana pula manusia lain bakal menerimanya?Terbayang olehnya betapa besar dosanya, betapa jahat perbuatannya.

Ia tidak tahu bahwa sepeninggalnya, Malaikat Jibril turun mendatangi Nabi Musa. Sang Ruhul Amin Jibril lalu bertanya,

“Mengapa engkau menolak seorang wanita yang hendak bertaubat dari dosanya? Tidakkah engkau tahu dosa yang lebih besar daripadanya."

Nabi Musa terperanjat. “Dosa apakah yang lebih besar dari kekejian wanita pezina dan pembunuh itu?” Maka Nabi Musa dengan penuh rasa ingin tahu bertanya kepada Jibril. “Betulkah ada dosa yang lebih besar daripada perempuan yang nista itu?”

” Ada !” jawab Jibril dengan tegas.

“Dosa apakah itu?” tanya Musa kian penasaran.

” Orang yang meninggalkan sholat dengan sengaja dan tanpa menyesal. Orang itu dosanya lebih besar dari pada seribu kali berzina” .

Mendengar penjelasan ini Nabi Musa kemudian memanggil wanita tadi untuk menghadap kembali kepadanya. Ia mengangkat tangan dengan khusuk untuk memohonkan ampunan kepada Allah untuk perempuan tersebut.

Nabi Musa menyadari, orang yang meninggalkan sembahyang dengan sengaja dan tanpa penyesalan adalah sama saja seperti berpendapat bahwa sembahyang itu tidak wajib dan tidak perlu atas dirinya.

Berarti ia seakan-akan menganggap remeh perintah Tuhan, bahkan seolah-olah menganggap Tuhan tidak punya hak untuk mengatur dan memerintah hamba-Nya. Sedang orang yang bertobat dan menyesali dosanya dengan sungguh-sungguh berarti masih mempunyai iman di dadanya dan yakin bahwa Allah itu berada di jalan ketaatan kepada-Nya. Itulah sebabnya Tuhan pasti mau menerima kedatangannya. (Dirujuk daripada buku 30 kisah teladan – KH Abdurrahman Arroisy

Dalam hadis Nabi SAW disebutkan :

Orang yang meninggalkan sholat lebih besar dosanya dibanding dengan orang yang membakar 70 buah Al-Qur’an, membunuh 70 nabi dan bersetubuh dengan ibunya di dalam Ka’bah.

Dalam hadis yang lain disebutkan bahwa orang yang meninggalkan solat sehingga terlewat waktu, kemudian ia mengqadanya, maka ia akan disiksa dalam neraka selama satu huqub.Satu huqub adalah delapan puluh tahun. Satu tahun terdiri dari 360 hari, sedangkan satu hari diakherat perbandingannya adalah seribu tahun di dunia.

Demikianlah kisah Nabi Musa dan wanita pezina dan dua hadis Nabi, mudah-mudahan menjadi pelajaran bagi kita dan timbul niat untuk melaksanakan kewajiban sholat dengan istiqomah.

Wallahualam…

Tolong sebarkan kepada saudara-saudara kita yang belum mengetahui.

Wassalamu’alaikum..

Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. (QS. Ali Imran 104:105)

Selasa, 14 Juni 2011

"Mengambil Pelajaran dari Fudhail bin Iyadh"

Ingin kmbli brbgi, dr bcaan utama d mjlh tarbwi, "Pelajaran Tajam Fudhail dari Fudhail"

"Bgmn dirimu whai jiwaku, yg byk d0sanya, lemah amalnya, fana umurnya, blm brbekal utk akhrtnya, blm brsiap utk kmatian, blm brhias utk kpergian abadi. Brs0lek hny utk dunia. Du2k membcakn hadits dan 0rg2 mnulis d sktrmu. Ah, rupanya kamu tlh mnjd guru hadist", kata Fudhail kpd dirinya sndri. Ia brnafas pnjang,lalu mlanjutkn..
"Wahai diriku, apakh kamu memang bgus dlm ilmu hadits? Atwkah kamu kelak akn d timpa dgn beban hadits2 itu? Malulah kamu whai jiwa yg b0d0h d tengah mrka yg tdk tau. Kalaulah bukan krna sdktny rasa malumu dan tebalny mukamu kamu psti tdk du2k mngjrkan hadits, sedang kamu adlh kamu. Tdkkah kamu tau dirimu, tdkkah kamu ingat sperti apa dulu dirimu. Skirany mrka tau niscya tdk akn du2k d dekatmu, tdk menulis ilmu darimu, dan tdk akn mndengarkn darimu".

Bgtulah dialog antara Fudhail yg brbicra tegas kpd diriny sndiri.. Padhal Fudhail adl Fudhail dgn sgla kemuliaanny. Abdullah bin Mubarak brkata, "Tdk ad d muka bumi sese0rg yg aku tau, yg lbh mulia dr Fudhail bin Iyadh. Bila hidup hny s0al ilmu dan peran, mungkn ia tak akn skeras it memperlakukn diriny". Tapi ini s0al mengambil pljrn, mengambil pljrn dari diri sndri, yg d ajrkn Fudhail bin Iyadh yg brbicra sangat tajam kpd diriny sndri, kpd hatiny, kpd jiwany..

Hmm, siapa lg, klw bukan qt sndri, yg harus tegas pd diri sndiri,. Smg snantiasa menjd pribdi yg trus membaik.. Amiiin :)

Minggu, 05 Desember 2010

Penumpang dalam Dakwah

281110_15:12
*Referensi dari Majalah Al-Izzah (Edisi 12/280205)

Tak sengaja mata membaca judul besar dari sebuah Majalah Al-Izzah “Saat Dakwah Tidak Berkah”. Majalah lama peninggalan dari ayuk,. Pas di baca berulang-ulang, menarik nih isinya… mengupas banyak masalah aktivis yang benar-benar aktivis atw aktivis yang ucak-ucak aja… hehe… bisa jadi bahan renungan n koreksi buat diri pribadi dan kita semua yang masih berkecimpung di wilayah dakwah….
Yuuuuk….. sama-sama kita simak :D
…..
 “Dakwah kehilangan berkah kala kehilangan nilai-nilai syar’i”
…berniat menjadi da’i namun enggan berperang. Bermimpi menjadi pahlawan namun malas berkorban. Menjadi penyeru kebenaran tapi tidak menyatu dalam perbuatan. Sekedar pemanis bibir mirip polesan gincu yang mempesona…
….
“Dakwah berkah karena diusung dengan keikhlasan dan totalitas yang jujur. Dakwah berkah krena kesesuaian perkataan dan perbuatan. Dakwah berkah karena da’inya amanah. Dan dakwah berkah karena kita senang dan bahagia berputar dengannya”
….
Masih Adakah “Penumpang Gelap” dalam Perjalanan Dakwah Saat Ini…???
“Layaknya sebuah perjalanan kereta dengan gerbong yang besar dan panjang. Mungkin isinya tidak sekedar penumpang kelas satu. Bisa jadi akan ada penumpang tanpa karcis, mereka yang sekedar menumpang, pedagang asongan, pengemis, bahkan pencopet.”
Awal aku mengikuti perjalanan ini mungkin sama dengan mu, dia, atau mereka. Saat masih berseragam putih abu2, berteman dekat dengan orang2 yang ku sebut mereka komunitas “jilbaber” dan para cowoknya dengan “jenggoters”ny :D yaaa…ini merupakan awal bagi ku menjadi penumpang di perjalanan dakwah… insyaAllah hingga saat ini… dan entah sampai kapan perjalanan ini akan berakhir. Tapi, kalimat ini menguatkan aku,.
Imam Ahmad pernah dtanya: “kapan orang mukmin dapat beristirahat?” dan beliau menjawab “ketika pertama kali dia meletakkan kakinya di surga”
Kembali ke “penumpang gelap” tadi… Tabiat perjalanan mengisyratkan kepada kita bahwa ada berbagai jenis manusia yang menyikapi perjalanan. Ada mereka yang yakin akan sampai pada tujuan sehingga mampu bersabar. Ada mereka yang keyakinannya kecil tapi masih setia untuk tetap mengikuti perjalanan. Ada mereka yang tidak tahu mau kemana perjalanan ini, yang penting ikut saja. Ada pula mereka yang tetap di dalam tetapi mulai iseng, tidak mengikuti aturan.
Dan kesemua itu tentulah akan kita temui dalam perjalanan panjang dakwah ini… mungkin mereka itu teman kita, mungkin juga mereka itu sahabat dekat kita, mungkin… mereka itu qiyadah kita, atau mungkin… mereka yang disebutkan di atas itu adalah diri kita sendiri… nah loooh!. >.<  hmmm….

Kok bisa sih ada istilah “Penumpang Gelap”???
Begitulah,. Saat peluit perjalanan dibunyikan. Kereta dakwah melaju dengan gerbong-gerbong besar dan panjang. Didalamnya boleh jadi kita menemukan berbagai jenis penumpang. Bagi mereka yang menjadi pelopor keberangkatan, meraka para sabiqunal awalun, mereka adalah penumpang kelas satu. Mereka yang pertama kali mengajak orang untuk bergabung kepada perjalanan dakwah maka tidak ada balasan kecuali keridha’an Allah dan keindahan surgaNya. Begitu pun mereka yang menjadi pengikut setia di belakang para sabiqunal awalun tadi. Mereka adalah penumpang kereta dakwah yang baik. Dan mereka mendapatkan bagian yang sama dengan apa yang di dapat orang-orang sebelum mereka.
Firman Allah SWT: “dan sabiqunal awalun di antara orang-orang muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik. Allah Ridho kepada mereka dan mereka pun ridho kepada Allah. Dan Allah menyediakan bagi mereka surge-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.” (*Qs: At.Taubah:100)
Nah, selain dari sabiqunal awalun dan pengikut setianya. Ada pula para “penumpang gelap” di perjalanan dakwah. Mereka ikut dalam perjalanan dakwah, mereka ada di gerbong-gerbong besar dan panjang ini. Tapi, mereka bukanlah penempuh perjalanan sejati. Setidaknya ada beberapa karakter mereka yang bisa kita waspadai.
*Pertama: Al-Qai’diin. Mereka yang duduk-duduk saja dan orang-orang yang bersamanya. Kalimat  Al-Qai’diin disini diambil dari ayat Allah dalam surah At-Taubah: “…berimanlah kamu kepada Allah dan berjihadlah berserta rasulNya. Niscaya orang-orang yang sanggup diantara mereka meminta izin kepadamu (untuk tidak berjihad) dan mereka berkata: biarkan kami bersama orang-orang yang duduk.” Mereka inilah yang hanya mementingkan “status” dakwah sebagai tameng seolah-olah mereka adalah orang alim lagi shalih. Jasad mereka sebenarnya mampu tuk menanggug beban dakwah tersebut, namun batin mereka terlalu kerdil dengan berbagai ragam alasan yang tentunya ketika kita mencari alasan maka akan ada 1000 lebih alasan yang akan menjadikan alasan itu benar di benak kita untuk diutarakan. Hmm…mungkin ini pernah kita lakukan. Mungkin… *tanya hati…
*Kedua: Mencampur adukkan antara amal shalih dengan keburukan. Inilah kelompok penumpang yang jatuh pada percampuran berbahaya. Salah satu kakinya menapak pada bumi dakwah, sedangkan kakinya yang lain menginjak pada hal-hal yang berbau maksiat, cita-cita duniawi dan impian panjang. Merekalah orang-orang yang belum memurnikan langkah. Mereka hadir dalam tarbiyah dan menjadi bagian dari pembinaan. Namun, mereka justru lebih banyak melelahkan para murobbi dan membebani dengan beban yang berat.
Firman Allah SWT: “dan (ada pula) orang-orang yang mengakui dosa mereka, mencampurbaurkan amal shaih dengan amal buruk. Mudah2an Allah menerima taubat mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (*Qs: At-Taubah:102)
Ini hanya sebagian kecil yang d dapat dari bacaan majalah al-izzah… niatnya hanya untuk saling berbagi dan mengingatkan… jauh di luar sana, dalam perjalanan dakwah kita tentunya telah kita ketahui lebih banyak lagi karekter dari si penumpang-penumpang dakwah… entah mo d sebut sebagai “penumpang gelap” atau “penumpang terang”… J
……
“Salah satu ciri khas Bani Israil adalah melanggar kesepakatan, mengkhianati janji, tidak mau taat, lari dari kewajiban, kalimat yang tidak bisa di pegang dan berpaling dari kebenaran yang nyata. Akan tetapi karakter ini juga merupakan tabiat setiap jamaah yang belum matang pendidikan imannya, ia adalah tabiat umat manusia pada umumnya. Tidak ada yang bisa mengubahnya kecuali Tarbiyah Imaniyah…”
………..
Wallahu a’alam…