Kamis, 30 Juni 2011

..Nenek Pemungut Daun..

diambil dari milis kisah hikmah : http://hikmahislam.blogsome.com/2007/02/15/nenek-pemungut-daun/

Kisah ini membuat bulu kuduk saya merinding ketika membacanya. Perempuan tua dari kampung itu bukan saja mengungkapkan cinta Rasul dalam bentuknya yang tulus. Ia juga menunjukkan kerendahan hati, kehinaan diri, dan keterbatasan amal dihadapan Allah swt. Lebih dari itu, ia juga memiliki kesadaran spiritual yang luhur: Ia tidak dapat mengandalkan amalnya. Ia sangat bergantung pada rahmat Allah. Dan siapa lagi yang menjadi rahmat semua alam selain Rasulullah saw?

Insya Allah, Bermanfaat dan dapat dipetik Hikmahnya.


"Nenek Pemungut Daun"


Dahulu di sebuah kota di Madura, ada seorang nenek tua penjual bunga cempaka. Ia menjual bunganya di pasar, setelah berjalan kaki cukup jauh. Usai jualan, ia pergi ke masjid Agung di kota itu. Ia berwudhu, masuk masjid, dan melakukan salat Zhuhur. Setelah membaca wirid sekedarnya, ia keluar masjid dan membungkuk-bungkuk di halaman masjid. Ia mengumpulkan dedaunan yang berceceran di halaman masjid. Selembar demi selembar dikaisnya. Tidak satu lembar pun ia lewatkan.

Tentu saja agak lama ia membersihkan halaman masjid dengan cara itu. Padahal matahari Madura di siang hari sungguh menyengat. Keringatnya membasahi seluruh tubuhnya.


Banyak pengunjung masjid jatuh iba kepadanya. Pada suatu hari Takmir masjid memutuskan untuk membersihkan dedaunan itu sebelum perempuan tua itu datang.
Pada hari itu, ia datang dan langsung masuk masjid. Usai salat, ketika ia ingin melakukan pekerjaan rutinnya, ia terkejut. Tidak ada satu pun daun terserak di situ. Ia kembali lagi ke masjid dan menangis dengan keras. Ia mempertanyakan mengapa daun-daun itu sudah disapukan sebelum kedatangannya. Orang-orang menjelaskan bahwa mereka kasihan kepadanya. "Jika kalian kasihan kepadaku," kata nenek itu, "Berikan kesempatan kepadaku untuk membersihkannya."

Singkat cerita, nenek itu dibiarkan mengumpulkan dedaunan itu seperti biasa.
Seorang kiai terhormat diminta untuk menanyakan kepada perempuan itu mengapa ia begitu bersemangat membersihkan dedaunan itu. Perempuan tua itu mau menjelaskan sebabnya dengan dua syarat: pertama, hanya Kiai yang mendengarkan rahasianya; kedua, rahasia itu tidak boleh disebarkan ketika ia masih hidup.

Sekarang ia sudah meninggal dunia, dan Anda dapat mendengarkan rahasia itu.


"Saya ini perempuan bodoh, pak Kiai," tuturnya. "Saya tahu amal-amal saya yang kecil itu mungkin juga tidak benar saya jalankan. Saya tidak mungkin selamat pada hari akhirat tanpa syafaat Kanjeng Nabi Muhammad. Setiap kali saya mengambil selembar daun, saya ucapkan satu salawat kepada Rasulullah. Kelak jika saya mati, saya ingin Kanjeng Nabi menjemput saya. Biarlah semua daun itu bersaksi bahwa saya membacakan salawat kepadanya."

Subhanallah, semoga kita dapat mengambil hikmah dari setiap kisah kehidupan seseorang..

Rabu, 29 Juni 2011

[Ku Rasa Hujan di Akhir Juni]

Sendiri melangkah, di jalanan yang dulu ramai dengan canda ceritamu. Sepi mendadak kala waktu perlahan mengambilmu dari sisiku. Aku tak berkata, juga tak berontak melawannya, hanya diam, lalu perlahan.. ku lepas genggaman jemarimu. Ada rasa perih yang cukup menyakitkan dan membuatku sakit, hingga harus ku lampiaskan rasa kesalku dengan pecahan kaca kristal bening yang ku punya.
Perlahan, aku sendiri, membiasakan semuanya sendiri. Menyadarkan diri, bahwa hiduplah sendiri dengan kakimu. Benar, aku tak berhak atas jasadmu teman, tak berhak jika harus menuntutmu untuk selalu ada di sisiku, karena esok kita kan punya hidup masing-masing.
---

Juniku mendung, 
Tak ada bentangan biru di atas langit sana.
Perlahan ku tatap tajam mendung yang menghitam,
Lalu, satu demi satu perlahan butir bening itu pun menyentuh wajahku,
Aaah! Mengapa, harus butir bening dari langit yang lebih dulu menyapa aku, sebelum sempat aku meneteskan butir bening dari langit hatiku sendiri.
Juniku kan pergi,
Dan aku belum berhasil mendatangkan biru yang ceria.
Juga belum mampu menghadiahkan senyum.
Kini Juli punhen dak hadir..
Aku belum siap berjumpa denganmu Juli..  
 

Selasa, 28 Juni 2011

::Menangislah::




::Air Mata:: by.Dewa
---
air mata telah jatuh membasahi bumi
takkan sanggup menghapus gelisah
penyesalan yg kini ada
jadi tak berarti
karna waktu yg bengis terus pergi

menangislah bila harus menangis
karena kita semua manusia

manusia bisa terluka manusia pasti menangis
dan manusia pun bisa mengambil hikmah

dibalik segala duka tersimpan hikmah
yg bisa kita petik pelajaran
dibalik segala suka tersimpan hikmah
yg kan mungkin bisa jadi cobaan
---

Senin, 27 Juni 2011

..a.k.u.p.e.r.g.i..


Aku pergi...
Karena ku ingin kau menyadari akan hilangnya aku_

Aku pergi...
Karena ku ingin kau merindukan aku_
  
Aku pergi...
Karena ku ingin kau mencari aku_

Walau ku tau, butuh waktu untuk membuatmu sadar kalau aku telah pergi_
Mungkin, ketika matahari telah berganti bulan, pagi telah berganti malam, panas telah berganti hujan, hari telah berganti bulan, tahun.. 
baru kau sadar aku telah pergi_

Aku pergi...
Sengaja tak pamit denganmu_
Sengaja tak tinggalkan pesan_
Sengaja tak mengucapkan 'selamat tinggal'_
Sengaja tak melambaikan tanganku dari kejauhan_

Karena ku ingin, kau menyadari arti hadirku yang dulu_

Adakah, resah yang kan hadir padamu_
Adakah, tanya yang kini memenuhi ruang pikirmu_
Adakah, rindu yang menumpuk di hatimu_
Adakah, takut yang kini mengusik hidupmu_
Adakah, bingung yang menemani di setiap langkahmu_
Adakah, kau kehilangan aku kini?_

Aku pergi...
Karena aku ingin, kau mencariku_ 
 
 

Sabtu, 18 Juni 2011

-Dosa yang lebih besar dari berzina-

Dari http://www.isuhangat.net/2009/12/29/dosa-yang-lebih-besar-dari-berzina/#more-396

Pada suatu senja yang lenggang, terlihat seorang wanita berjalan terhuyung-huyung. Pakaianya yang serba hitam menandakan bahwa ia berada dalam dukacita yang mencekam.

Kerudungnya menagkup rapat hampir seluruh wajahnya. Tanpa hias muka atau perhiasan menempel di tubuhnya. Kulit yang bersih, badan yang ramping dan roman mukanya yang ayu, tidak dapat menghapus kesan kepedihan yang tengah meruyak hidupnya. Dia melangkah terseret-seret mendekati kediaman rumah Nabi Musa a.s.

Diketuknya pintu pelan-pelan sambil mengucapkan uluk salam. Maka terdengarlah ucapan dari dalam “Silakan masuk”.

Perempuan cantik itu lalu berjalan masuk sambil kepalanya terus merunduk. Air matanya berderai tatkala ia berkata,“Wahai Nabi Allah. Tolonglah saya. Doakan saya agar Tuhan berkenan mengampuni dosa keji saya."

“Apakah dosamu wahai wanita ayu?” tanya Nabi Musa a.s. terkejut.

“Saya takut mengatakannya.” jawab wanita cantik.

“Katakanlah jangan ragu-ragu!” desak Nabi Musa.

Maka perempuan itupun terpatah bercerita, “Saya… telah berzina. “

Kepala Nabi Musa terangkat,hatinya tersentak.

Perempuan itu meneruskan, “Dari perzinaan itu saya pun… lantas hamil. Setelah anak itu lahir, langsung saya… cekik lehernya sampai… tewas,” ucap wanita itu seraya menangis sejadi-jadinya.

Nabi Musa berapi-api matanya. Dengan muka berang ia menghardik,

“Perempuan bejad, enyah kamu dari sini! Agar siksa Allah tidak jatuh ke dalam rumahku karena perbuatanmu. Pergi!”… teriak Nabi Musa sambil memalingkan mata karena jijik.

Perempuan berwajah ayu dengan hati bagaikan kaca membentur batu, hancur luluh segera bangkit dan melangkah surut. Dia terantuk-antuk keluar dari dalam rumah Nabi Musa. Ratap tangisnya amat memilukan. Ia tak tahu harus kemana lagi hendak mengadu. Bahkan ia tak tahu mau dibawa kemana lagi kaki-kakinya.

Bila seorang Nabi saja sudah menolaknya, bagaimana pula manusia lain bakal menerimanya?Terbayang olehnya betapa besar dosanya, betapa jahat perbuatannya.

Ia tidak tahu bahwa sepeninggalnya, Malaikat Jibril turun mendatangi Nabi Musa. Sang Ruhul Amin Jibril lalu bertanya,

“Mengapa engkau menolak seorang wanita yang hendak bertaubat dari dosanya? Tidakkah engkau tahu dosa yang lebih besar daripadanya."

Nabi Musa terperanjat. “Dosa apakah yang lebih besar dari kekejian wanita pezina dan pembunuh itu?” Maka Nabi Musa dengan penuh rasa ingin tahu bertanya kepada Jibril. “Betulkah ada dosa yang lebih besar daripada perempuan yang nista itu?”

” Ada !” jawab Jibril dengan tegas.

“Dosa apakah itu?” tanya Musa kian penasaran.

” Orang yang meninggalkan sholat dengan sengaja dan tanpa menyesal. Orang itu dosanya lebih besar dari pada seribu kali berzina” .

Mendengar penjelasan ini Nabi Musa kemudian memanggil wanita tadi untuk menghadap kembali kepadanya. Ia mengangkat tangan dengan khusuk untuk memohonkan ampunan kepada Allah untuk perempuan tersebut.

Nabi Musa menyadari, orang yang meninggalkan sembahyang dengan sengaja dan tanpa penyesalan adalah sama saja seperti berpendapat bahwa sembahyang itu tidak wajib dan tidak perlu atas dirinya.

Berarti ia seakan-akan menganggap remeh perintah Tuhan, bahkan seolah-olah menganggap Tuhan tidak punya hak untuk mengatur dan memerintah hamba-Nya. Sedang orang yang bertobat dan menyesali dosanya dengan sungguh-sungguh berarti masih mempunyai iman di dadanya dan yakin bahwa Allah itu berada di jalan ketaatan kepada-Nya. Itulah sebabnya Tuhan pasti mau menerima kedatangannya. (Dirujuk daripada buku 30 kisah teladan – KH Abdurrahman Arroisy

Dalam hadis Nabi SAW disebutkan :

Orang yang meninggalkan sholat lebih besar dosanya dibanding dengan orang yang membakar 70 buah Al-Qur’an, membunuh 70 nabi dan bersetubuh dengan ibunya di dalam Ka’bah.

Dalam hadis yang lain disebutkan bahwa orang yang meninggalkan solat sehingga terlewat waktu, kemudian ia mengqadanya, maka ia akan disiksa dalam neraka selama satu huqub.Satu huqub adalah delapan puluh tahun. Satu tahun terdiri dari 360 hari, sedangkan satu hari diakherat perbandingannya adalah seribu tahun di dunia.

Demikianlah kisah Nabi Musa dan wanita pezina dan dua hadis Nabi, mudah-mudahan menjadi pelajaran bagi kita dan timbul niat untuk melaksanakan kewajiban sholat dengan istiqomah.

Wallahualam…

Tolong sebarkan kepada saudara-saudara kita yang belum mengetahui.

Wassalamu’alaikum..

Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. (QS. Ali Imran 104:105)

Rabu, 15 Juni 2011


Aku benci akan kesibukanmu_
Hilang waktumu_
Hilang tanyamu_
Hilang kebersamaan_

Aku cemburu dengan kesibukanmu_

Berusaha tuk bungkam, tentang rasa kehilangan ini_
Saat katamu "afwan raa, dk bs nemenin". kau tau! kalimatmu itu mengubah mood cerahku mennjadi mendung_
Tapi aku diam, dan hanya menjawab "iya, dak papa". kau tau! saat itu hampir hujan yang ku rasa di wajahku_
Hhmm, aku sadar, aku terlalu gengsi untuk menyatakan bahwa aku kehilangan sahabatku yang dulu_
Kehilangan waktumu untukku_

Kau tau! aku sangat sulit tuk mengakui ini_
Kalau aku kehilanganmu_
Kehilangan waktumu_
Kehilangan tanyamu_
Kehilangan perhatianmu_
Kehilangan ceritamu_
Kehilangan ceriamu_
Kehilangan senyummu_

Setiap kali waktu mengasihaniku, mempertemukan kita_
Aku berusaha bersikap biasa_
Aku berusaha tetap mampu berjalan_
Dan kau bilang "raa sudah berubah sekarang, sudah jauh lebih dewasa". kau tau! saat itu aku sedang menyembunyikan mendungku, agar rintik ini tak membasahi wajahku, karena aku terlalu gengsi untuk memperlihatkan kelemahanku dihadapanmu_

Kau, tak lagi sama seperti yang dulu_
Tak lagi sanggup tuk penuhi setiap inginku_
Tak selalu ada dalam cerita sendiriku_ 
Aku cemburu dengan kesibukanmu_

Hhmm_
Maaf, aku benci akan kesibukanmu_
.-_-. 
 

Selasa, 14 Juni 2011

"Mengambil Pelajaran dari Fudhail bin Iyadh"

Ingin kmbli brbgi, dr bcaan utama d mjlh tarbwi, "Pelajaran Tajam Fudhail dari Fudhail"

"Bgmn dirimu whai jiwaku, yg byk d0sanya, lemah amalnya, fana umurnya, blm brbekal utk akhrtnya, blm brsiap utk kmatian, blm brhias utk kpergian abadi. Brs0lek hny utk dunia. Du2k membcakn hadits dan 0rg2 mnulis d sktrmu. Ah, rupanya kamu tlh mnjd guru hadist", kata Fudhail kpd dirinya sndri. Ia brnafas pnjang,lalu mlanjutkn..
"Wahai diriku, apakh kamu memang bgus dlm ilmu hadits? Atwkah kamu kelak akn d timpa dgn beban hadits2 itu? Malulah kamu whai jiwa yg b0d0h d tengah mrka yg tdk tau. Kalaulah bukan krna sdktny rasa malumu dan tebalny mukamu kamu psti tdk du2k mngjrkan hadits, sedang kamu adlh kamu. Tdkkah kamu tau dirimu, tdkkah kamu ingat sperti apa dulu dirimu. Skirany mrka tau niscya tdk akn du2k d dekatmu, tdk menulis ilmu darimu, dan tdk akn mndengarkn darimu".

Bgtulah dialog antara Fudhail yg brbicra tegas kpd diriny sndiri.. Padhal Fudhail adl Fudhail dgn sgla kemuliaanny. Abdullah bin Mubarak brkata, "Tdk ad d muka bumi sese0rg yg aku tau, yg lbh mulia dr Fudhail bin Iyadh. Bila hidup hny s0al ilmu dan peran, mungkn ia tak akn skeras it memperlakukn diriny". Tapi ini s0al mengambil pljrn, mengambil pljrn dari diri sndri, yg d ajrkn Fudhail bin Iyadh yg brbicra sangat tajam kpd diriny sndri, kpd hatiny, kpd jiwany..

Hmm, siapa lg, klw bukan qt sndri, yg harus tegas pd diri sndiri,. Smg snantiasa menjd pribdi yg trus membaik.. Amiiin :)

Jumat, 10 Juni 2011

Aah! Entahlah... *hanya ingin menulis saja*

Akhirnya...
Di perbatasan antara senja menjemput malam,
kau pergi tanpa pamit,
melepas genggaman jemariku, saat mimpi tengah memelukku,
aku tau, kau tak ingin mengusikku,
saat ku terjaga,
ku tau,
kau tlah hilang,
ada perih yang tiba-tiba membuatku hampir meringis,
tapi, tenanglah, ini tak membuat aku terluka,

kembali,
pada malam aku bercerita,
pada irama sunyi waktu, aku bersenandung,
lagi, aku tersenyum atas skenarioMu,
entah esok,
dialog apa yang harus ku ucapkan,
adegan apa yang harus ku mainkan,
pada tokoh mana lagi, harus ku temui,

berharap esok, tak ku temui,
cukup sampaikan aku pada malam saja,
aku tak cukup berani untuk berjumpa pada pagi.