Minggu, 24 Juli 2011

[[Pangeran Kodok]]



Ini sebuah kisah dongeng, tentang "Pangeran Kodok" @_@



Pada jaman dahulu kala, ketika saat itu dengan mengharapkan sesuatu, hal itu dapat terwujud, ada seorang Raja yang mempunyai putri-putri yang sangat cantik jelita, dan putrinya yang termuda begitu cantiknya sehingga matahari sendiri yang melihat kecantikan putri termuda itu menjadi ragu-ragu untuk bersinar. Di dekat istana tersebut terletak hutan kayu yang gelap dan rimbun, dan di hutan tersebut, di bawah sebuah pohon tua yang mempunyai daun-daun berbentuk hati, terletak sebuah sumur; dan ketika cuaca panas, putri Raja yang termuda sering ke hutan tersebut untuk duduk di tepi sumur yang dingin, dan jika waktu terasa panjang dan membosankan, dia akan mengeluarkan bola yang terbuat dari emas, melemparkannya ke atas dan menangkapnya kembali, hal ini menjadi hiburan putri raja untuk melewatkan waktu.

Suatu ketika, bola emas itu dimainkan dan dilempar-lemparkan keatas, bola emas itu tergelincir dari tangan putri Raja dan terjatuh di tanah dekat sumur lalu terguling masuk ke dalam sumur tersebut. Mata putri raja hanya bisa memandangi bola tersebut meluncur kedalam sumur yang dalam, begitu dalamnya hingga dasar sumur tidak kelihatan lagi. Putri raja tersebut mulai menangis, dan terus menangis seolah-olah tidak ada hyang bisa menghiburnya lagi. Di tengah-tengah tangisannya dia mendengarkan satu suara yang berkata kepadanya,

"Apa yang membuat kamu begitu sedih, sang Putri? air matamu dapat melelehkan hati yang terbuat dari batu."

Dan ketika putri raja tersebut melihat darimana sumber suara tersebut berasal, tidak ada seseorangpun yang kelihatan, hanya seekor kodok yang menjulurkan kepala besarnya yang jelek keluar dari air.

"Oh, kamukah yang berbicara?" kata sang putri; "Saya menangis karena bola emas saya tergelincir dan jatuh kedalam sumur."

"Jangan kuatir, jangan menangis," jawab sang kodok, "Saya bisa menolong kamu; tetapi apa yang bisa kamu berikan kepada saya apabila saya dapat mengambil bola emas tersebut?"

"Apapun yang kamu inginkan," katanya; "pakaian, mutiara dan perhiasan manapun yang kamu mau, ataupun mahkota emas yang saya pakai ini."

"Pakaian, mutiara, perhiasan dan mahkota emas mu bukanlah untuk saya," jawab sang kodok; "Bila saja kamu menyukaiku, dan menganggap saya sebagai teman bermain, dan membiarkan saya duduk di mejamu, dan makan dari piringmu, dan minum dari gelasmu, dan tidur di ranjangmu, - jika kamu berjanji akan melakukan semua ini, saya akan menyelam ke bawah sumur dan mengambilkan bola emas tersebut untuk kamu."

"Ya tentu," jawab sang putri raja; "Saya berjanji akan melakukan semua yang kamu minta jika kamu mau mengambilkan bola emas ku."

Tetapi putri raja tersebut berpikir, "Omong kosong apa yang dikatakan oleh kodok ini! seolah-olah sang kodok ini bisa melakukan apa yang dimintanya selain berkoak-koak dengan kodok lain, bagaimana dia bisa menjadi pendamping seseorang."

Tetapi kodok tersebut, begitu mendengar sang putri mengucapkan janjinya, menarik kepalanya masuk kembali ke dalam ari dan mulai menyelam turu, setelah beberapa saat dia kembali kepermukaan dengan bola emas pada mulutnya dan melemparkannya ke atas rumput.

Putri raja menjadi sangat senang melihat mainannya kembali, dan dia mengambilnya dengan cepat dan lari menjauh.

"Berhenti, berhenti!" teriak sang kodok; "bawalah aku pergi juga, saya tidak dapat lari secepat kamu!"

Tetapi hal itu tidak berguna karena sang putri itu tidak mau mendengarkannya dan mempercepat larinya pulang ke rumah, dan dengan cepat melupakan kejadian dengan sang kodok, yang masuk kembali ke dalam sumur.

Hari berikutnya, ketika putri Raja sedang duduk di meja makan dan makan bersama Raja dan menteri-menterinya di piring emasnya, terdengar suara sesuatu yang meloncat-loncat di tangga, dan kemudian terdengar suara ketukan di pintu dan sebuah suara yang berkata "Putri raja yang termuda, biarkanlah saya masuk!"

Putri Raja yang termuda itu kemudian berjalan ke pintu dan membuka pintu tersebut, ketika dia melihat seekor kodok yang duduk di luar, dia menutup pintu tersebut kembali dengan cepat dan tergesa-gesa duduk kembali di kursinya dengan perasaan gelisah. Raja yang menyadari perubahan tersebut berkata,

"Anakku, apa yang kamu takutkan? apakah ada raksasa berdiri di luar pintu dan siap untuk membawa kamu pergi?"

"Oh.. tidak," jawabnya; "tidak ada raksasa, hanya kodok jelek."

"Dan apa yang kodok itu minta?" tanya sang Raja.

"Oh papa," jawabnya, "ketika saya sedang duduk di sumur kemarin dan bermain dengan bola emas, bola tersebut tergelincir jatuh ke dalam sumur, dan ketika saya menangis karena kehilangan bola emas itu, seekor kodok datang dan berjanji untuk mengambilkan bola tersebut dengan syarat bahwa saya akan membiarkannya menemaniku, tetapi saya berpikir bahwa dia tidak mungkin meninggalkan air dan mendatangiku; sekarang dia berada di luar pintu, dan ingin datang kepadaku."

Dan kemudian mereka semua mendengar kembali ketukan kedua di pintu dan berkata,

"Putri Raja yang termuda, bukalah pintu untuk saya!, Apa yang pernah kamu janjikan kepadaku? Putri Raja yang termuda, bukalah pintu untukku!"

"Apa yang pernah kamu janjikan harus kamu penuhi," kata sang Raja; "sekarang biarkanlah dia masuk."

Ketika dia membuka pintu, kodok tersebut melompat masuk, mengikutinya terus hingga putri tersebut duduk kembali di kursinya. Kemudian dia berhenti dan memohon, "Angkatlah saya supaya saya bisa duduk denganmu."

Tetapi putri Raja tidak memperdulikan kodok tersebut sampai sang Raja memerintahkannya kembali. Ketika sang kodok sudah duduk di kursi, dia meminta agar dia dinaikkan di atas meja, dan disana dia berkata lagi,

"Sekarang bisakah kamu menarik piring makanmu lebih dekat, agar kita bisa makan bersama."

Dan putri Raja tersebut melakukan apa yang diminta oleh sang kodok, tetapi semua dapat melihat bahwa putri tersebut hanya terpaksa melakukannya.

"Saya merasa cukup sekarang," kata sang kodok pada akhirnya, "dan saya merasa sangat lelah, kamu harus membawa saya ke kamarmu, saya akan tidur di ranjangmu."

Kemudian putri Raja tersebut mulai menangis membayangkan kodok yang dingin tersebut tidur di tempat tidurnya yang bersih. Sekarang sang Raja dengan marah berkata kepada putrinya,

"Kamu adalah putri Raja dan apa yang kamu janjikan harus kamu penuhi."

Sekarang putri Raja mengangkat kodok tersebut dengan tangannya, membawanya ke kamarnya di lantai atas dan menaruhnya di sudut kamar, dan ketika sang putri mulai berbaring untuk tidur, kodok tersebut datang dan berkata, "Saya sekarang lelah dan ingin tidur seperti kamu, angkatlah saya keatas ranjangmu, atau saya akan melaporkannya kepada ayahmu."

Putri raja tersebut menjadi sangat marah, mengangkat kodok tersebut keatas dan melemparkannya ke dinding sambil menangis,

"Diamlah kamu kodok jelek!"

Tetapi ketika kodok tersebut jatuh ke lantai, dia berubah dari kodok menjadi seseorang pangeran yang sangat tampan. Saat itu juga pangeran tersebut menceritakan semua kejadian yang dialami, bagaimana seorang penyihir telah membuat kutukan kepada pangeran tersebut, dan tidak ada yang bisa melepaskan kutukan tersebut kecuali sang putri yang telah di takdirkan untuk bersama-sama memerintah di kerajaannya.

Dengan persetujuan Raja, mereka berdua dinikahkan dan saat itu datanglah sebuah kereta kencana yang ditarik oleh delapan ekor kuda dan diiringi oleh Henry pelayan setia sang Pangeran untuk membawa sang Putri dan sang Pangeran ke kerajaannya sendiri. Ketika kereta tersebut mulai berjalan membawa keduanya, sang Pangeran mendengarkan suara seperti ada yang patah di belakang kereta. Saat itu sang Pangeran langsung berkata kepada Henry pelayan setia, "Henry, roda kereta mungkin patah!", tetapi Henry menjawab, "Roda kereta tidak patah, hanya ikatan rantai yang mengikat hatiku yang patah, akhirnya saya bisa terbebas dari ikatan ini".

Ternyata Henry pelayan setia telah mengikat hatinya dengan rantai saat sang Pangeran dikutuk menjadi kodok agar dapat ikut merasakan penderitaan yang dialami oleh sang Pangeran, dan sekarang rantai tersebut telah terputus karena hatinya sangat berbahagia melihat sang Pangeran terbebas dari kutukan.

Kamis, 21 Juli 2011

[[Kisah Penjual Tempe]]

Ada sebuah kampung di pedalaman Tanah Jawa. Di situ ada seorang perempuan tua yang sangat kuat beribadah. Pekerjaannya ialah membuat tempe dan menjualnya di pasar setiap hari. Ia merupakan satu-satunya sumber pendapatannya untuk menyambung hidup. Tempe yang dijualnya merupakan tempe yang dibuatnya sendiri.

Pada suatu pagi, seperti biasa, ketika beliau sedang bersiap-siap untuk pergi menjual tempenya, tiba-tiba dia tersadar yang tempenya yang dibuatnya dari kacang soya hari itu masih belum jadi, masih separuh jadi. Biiasanya tempe beliau telah masak sebelum siap untuk pergi. Diperiksanya beberapa bungkusan yang lain. Ternyatalah semuanya belum masak lagi.

Perempuan tua itu merasa amat sedih sebab tempe yang masih belum jadi pastinya tidak akan laku dan tiadalah rezekinya pada hari itu. Dalam suasana hatinya yang sedih, dia yang memang kuat beribadah teringat akan firman Allah yang menyatakan bahawa Allah dapat melakukan perkara-perkara ajaib, bahawa bagiNya tiada yang mustahil. Lalu dia pun mengangkat kedua tangannya sambil berdoa, "Ya Allah , aku memohon kepadaMu agar kacang soya ini menjadi tempe. Amin."

Begitulah doa ringkas yang dipanjatkan dengan sepenuh hatinya. Dia sangat yakin bahawa Allah pasti akan mengabulkan doanya. Dengan tenang perempuan tua itu menekan-nekan bungkusan bakal tempe dengan hujung jarinya dan dia pun membuka sedikit bungkusan itu untuk menyaksikan keajaiban kacang soya itu menjadi tempe.

Namun, dia termenung seketika sebab kacang tu masih tetap kacang soya. Namun dia tidak putus asa, sebaliknya berfikir mungkin doanya kurang jelas didengar oleh Allah. Maka dia pun mengangkat kedua tangannya semula dan berdoa lagi. "Ya Allah, aku tahu bahawa tiada yang mustahil bagiMu. Bantu lah aku supaya hari ini aku dapat menjual tempe kerana inilah mata pencarianku. Aku mohon agar jadikanlah kacang soyaku ini kepada tempe, Amin".

Dengan penuh harapan dan debaran dia pun sekali lagi membuka sedikit bungkusan tu. Apakah yang terjadi? Dia termangu dan heran kenapa tempenya masih tetap begitu!! Sementara itu hari pun semakin meninggi sudah tentu pasar sudah mula didatangi ramai orang. Dia tetap tidak kecewa atas doanya yang belum terkabul. Walau bagaimanapun keyakinannya yang sangat tinggi itu membuatnya untuk tetap pergi ke pasar membawa barang jualannya itu. Perempuan tua itu pun berserah pada Tuhan dan meneruskan kepergiannya ke pasar sambil berdoa dengan harapan apabila sampai di pasar kesemua tempenya akan masak.

Dia berfikir mungkin keajaiban Allah akan terjadi semasa perjalanannya ke pasar. Sebelum keluar dari rumah, dia sempat mengangkat kedua tangannya untuk berdoa. "Ya Allah, aku percaya, Engkau akan mengabulkan doaku. Sementara aku berjalan menuju ke pasar, Engkau kurniakanlah keajaiban ini buatku, jadikanlah tempe ini. Amin". Lalu dia pun berangkat. Di sepanjang perjalanan dia tetap tidak lupa membaca doa di dalam hatinya. Sesampai sahaja di pasar, segera dia meletakkan barang-barangnya. Hatinya betul-betul yakin yang tempenya sekarang mesti sudah menjadi. Dengan hati yg berdebar-debar dia pun membuka bakulnya dan menekan-nekan dengan jarinya setiap bungkusan tempe yang ada.

Perlahan-lahan dia membuka sedikit daun pembungkusnya dan melihat isinya. Apa yang terjadi? Tempenya masih belum menjadi!! Dia pun kaget seketika lalu menarik nafas dalam-dalam. Dalam hatinya sudah mulai merasa sedikit kecewa dan putus asa kepada Allah karana doanya belum jua terkabulkan. Dia measakan Tuhan tidak adil. Tuhan tidak kasihan padanya, padahal inilah satu-satunya puncak rezekinya, dari hasil jualan tempe. Dia akhirnya cuma duduk saja tanpa memamerkan barang jualannya sebab dia merasakan bahwa tidak akan ada orang yang akan membeli tempe yang baru separuh menjadi. Sementara itu hari pun semakin petang dan pasar sudah mulai sepi, para pembeli sudah mulai berkurang.

Dia melihat-lihat kawan-kawan sesama penjual tempe, tempe mereka sudah hampir habis. Dia tertunduk lesu seperti tidak sanggup menghadapi kenyataan bahawa hari ini tiada hasil jualan yang boleh dibawa pulang. Namun jauh di sudut hatinya masih menaruh harapan terakhir kepada Allah, pasti Allah akan menolongnya. Walaupun dia tahu bahwa pada hari itu dia tidak akan dapat pendapatan langsung, namun dia tetap berdoa buat kali terakhir, "Ya Allah,berikanlah penyelesaian terbaik terhadap tempeku yang belum menjadi ini."

Tiba-tiba dia dikejutkan dengan teguran seorang wanita.

"Maaf ya, saya ingin bertanya, adakah penjual tempe yang belum menjadi? Dari tadi saya sudah pusing keliling pasar ini untuk mencarinya tapi masih belum berjumpa lagi." Dia termenung dan terbengong-bengong seketika. Hatinya terkejut sebab sejak berpuluh tahun menjual tempe, tidak pernah seorang pun pelanggannya mencari tempe yang belum menjadi.

Sebelum dia menjawab sapaan wanita di depannya itu, cepat-cepat dia berdoa di dalam hatinya, "Ya Allah, saat ini aku tidak mau tempe ini menjadi lagi. Biarlah tempe ini seperti semula, Amin". Sebelum dia menjawab pertanyaan wanita itu, dia membuka sedikit daun penutup tempenya. Alangkah senangnya dia, ternyata memang benar tempenya masih belum menjadi! Dia pun merasa gembira dalam hatinya dan bersyukur pada Allah. Wanita itu pun memborong habis kesemua tempenya yang belum menjadi itu. Sebelum wanita tu pergi, dia sempat bertanya wanita itu, "Mengapa hendak membeli tempe yang belum jadi?" Wanita itu menerangkan bahawa anaknya yang kini berada di England ingin makan tempe dari desa. Karena tempe itu akan dikirimkan ke England, si ibu tadi haruslah membeli tempe yang belum jadi, supaya apabila sampai di England nanti akan menjadi tempe yang sempurna. Kalau dikirimkan tempe yang sudah menjadi, nanti di sana tempe itu sudah tidak bagus lagi dan rasanya pun kurang sedap.

Perempuan tua itu pun keheranan dan berfikir rupa-rupanya doanya sudah dikabulkan oleh Tuhan...

Subhanallah... Sungguh Allah Maha Tahu apa yang terbaik untuk para hamba-hambanya...
Allah tidak memberi apa yang kita 'ingin', tapi Allah memberi apa yang kita 'butuhkan', tetaplah berprasangka baik terhadap Allah. Bersabar atas segala ketentuanNya, Allah Maha Baik, takkan pernah membuat hamba-hambanya kecewa :)
Teruslah berdoa, meminta, mengharap hanya pada Allah semata..
Wa ilaa robbika farghob... "dan hanya pada Tuhan (Allah)-mulah engkau berharap"
^_^

::DENGAN IKHLAS AKU BIARKAN "DIA" PERGI::



[[SEBUAH  KISAH  DALAM  TULISAN]]
::DENGAN IKHLAS AKU BIARKAN “DIA” PERGI::
Ada sebuah kisah yang hendak aku tuliskan disini, hanya sebuah kisah biasa, yang mungkin juga pernah terjadi pada episode hidup mu.. 

--------
Aku, takkan berani menyapanya, ataupun sekedar membagi senyumku. Cukup bagiku, mengenalnya dalam kediaman seperti ini. Tak perlu mencari tau tentang namanya, atau Fakultas apa dia, angkatan berapa, ah! Tak perlu aku mencari taunya, cukup ku hapal saja sosoknya yang begitu anggun dengan busana serba panjang dan longgarnya itu.

Pernah suatu kali aku satu bis dengannya, itu merupakan moment yang takkan perrnah ku lupa, dia duduk disisi kiriku karena memang hanya ada satu tempat duduk yang masih kosong, yaitu disebelahku. Mungkin, karena dia tak punya banyak waktu jika harus menunggu kehadiran bis slanjutnya, akhirnya sosok anggun itu duduk disampingku. Ku beranikan sejenak menatap wajahnya, kala dia bertanya kepadaku “kosong?” dan aku langsung mengangguk cepat. Subhanallah, indahnya ciptaanMu ya Allah, gumamku dalam hati. Tiga detik yang sangat berharga, kala waktu memberiku kesempatan untuk menatap wajahnya dengan jarak yang begitu dekat. Huuft! Aku lupa untuk beristighfar.

Sepanjang jalan aku hanya diam dan tidak melepaskan pandangku dari buku yang ku pegang, walau sebenarnya fokus pikiranku tak lagi pada buku yang ku pegang itu. Tak lagi berani satu detik pun melirik ke arahnya, karena waktu sudah tak memberikanku kesempatan lagi, dia terlalu indah. Kain penutup kepalanya yang panjang itu sungguh membuat aku sangat menjaga jarakku.
---------

*episode 1_
"uuuuh!" Ini hal yang tak ku suka, saat aku harus terjaga dari sebuah mimpi yang akhirnya menghadirkan kembali resah dan juga tersapa gelisah itu lagi. "Aaah!! Aku benci ini..!" rutukku tiba-tiba. Namun, selang beberapa detik, segera ku tersadar dan beristighfar, "astaghfirullahal'adziim..." lirih ku ucap kata itu, perlahan ku sembunyikan wajahku dibalik kedua tanganku. "Haruskah aku melepaskannya.." bisikku dalam hati.

Ku lirik jam dinding di sudut atas meja belajarku, "haaah, jam setengah tujuh, gak salah nih.. Masa' iya aku bangun kesiangan, tertinggal subuh! Gak ada sejarahnya nih.!!." langsung aku terlonjak bangun bersama kagetku. Ah, tapi tunggu dulu, kenapa jarum panjangnya tidak bergerak. "huuft.. hmm, jamnya mati toh.." ku tepuk keningku pelan. Aku lupa untuk mengganti baterainya sore tadi. Ada-ada saja, akhirnya ku raih ponselku, ku lihat waktu sekarang menunjukkan pukul 02 lewat 10.

Masih cukup lama jika harus menunggu shubuh, tapi rasa kantukku kini ntah telah hilang kemana, yang tertinggal hanyalah sebuah keresahan yang menyapa hati.
Hhmm, lama aku tertegun, tiba-tiba mata ini menatap sajadah coklatku yang terlipat rapi disisi kiri meja belajarku berdampingan akrab dengan peci kesayanganku. Ah, sudah beberapa hari ini kesibukanku di waktu siang dan juga jadwal tidurku yang tak menentu, kadang baru bisa tidur ketika pergantian hari, yaa.. dini hari baru dapat tertidur pulas. Hal inilah yang membuatku sulit terbangun disebagian malamMu ya rabb. Maafkan hambamu ini ya rabb, yang kadang sering melupakanMu.. "astaghfirullah.." kembli aku beristghfar pelan.

Ku seret tubuhku tuk bangun, menuju kamar mandi. Percikan demi percikan air bening ini semakin menyadarkanku akan d0sa-dosa kecil yang mugkin tanpa sengaja atau sengaja telah dilakukan anggota tubuh ini. Pada setiap basuhan whudu ini ku titipkn d0a, berharap tetesan air yang berjatuhan ini, dapat membawa serta d0sa-dosa kecil yang telah dilakukan oleh mulut ini, mata ini, pikiran ini, pendengaran ini, tangan ini, juga kaki ini..
Ku hadapkan tubuh ini pada Allah, ku hadirkan kembali jiwaku yang semakin rapuh dibalik gagahnya jasadku, serta ku serahkan hatiku yang kini mulai terwarnai.

“Kau, sang penggenggam hidupku, Kau Maha Tahu tentang apa saja yang kini tengah berkecamuk dalam ruang pikir dan hatiku. Tentang ingin, harap, juga asa ku. Tentang takdir cinta yang ku ingin dialah yang menjadi pendampingku kelak. Ampuni hamba ya rabb, jika aku begitu memaksa soal takdir cintaku. Sulit sekali jika aku harus melepaskannya. Apa maksud dari mimpi ku tadi ya rabb, apa Kau ingin aku untuk mengikhlaskannya….” Tak mampu ku lanjutkan dialogku kepada Allah, ada rasa perih yang sungguh tak dapat ku sembunyikan.
Sepotong adengan dalam mimpiku tadi yang membangunkan ku kini, walau samar ku ingat, tapi satu yang masih sangat aku ingat, ada yang akan mengkhitbah dia, sosok anggun yang ku harap dialah takdir cintaku.
------------

Aku begitu bahagia hari ini, sebuah kejadian yang tak disangka sama sekali ini akan terjadi, yang menghantarkanku pada kesempatan untuk mengobrol dengan sosok anggun itu. Waktu kembali memberiku kesempatan untuk mendengar suara lembutnya, kalau dulu hanya satu kata yang ku dengar, kini ada banyak deretan kata-kata yang ku dengar. Tak bisa ku bohongi, aku bahagia.
Akhirnya, aku tau namanya, juga fakultasnya, juga angkatannya, juga nomor handphone-nya. Semua ku ketahui begitu saja, tanpa harus sengaja aku cari.

“Tak ada yang salah kan jika aku menyukainya, aku laki-laki, dia perempuan. Aku normal, wajar jika aku menyukainya..!” ucapku memberi alasan.
“tapi dia lebih tua darimu teman… dia seorang mbak tingkat” teman satu kost-ku pengingatkanku kala aku ceritakan masalah hati ini padanya.
“loh, kenapa? Adakah yang salah jika aku menyukai seorang perempuan yang usianya jauh lebih tua dariku?? Hei, teman.. rasulullah saja ketika menikahi khodijah usia mereka pun terpaut sangat jauh” balasku dengan nada yang sedikit kesal karena dia menyinggung masalah usia.
“ya.ya.ya…” balas temanku sambil mengangguk-anggukan kepalanya berulang-ulang.
“feelingku juga mengatakan kalau beliau juga mempunyai rasa yang sama denganku” aku kembali memberikan alasan, seakan masih ngotot.
“hmm, mungkin saja perhatian mbak itu kepadamu selama ini hanya karena beliau menganggapmu sebagai seorang adik” ujar temanku enteng.
Aku diam, ada terselip rasa kesal yang ku simpan untuk temanku ini, ku balas ucapannya itu dengan senyum biasku, akhirnya aku pergi meninggalkannya. “afwan teman, jangan tersinggung ya… bercanda euy..” ucap temanku sesaat setelah aku hendak beranjak pergi darinya.
--------

Mendung menghitam kini di langit hati_
Lalu_
Berjarak detik_
Ada gemuruh angin yang kian mengencang menampar paras sang wajah_
Tertahan dalam tumpukan rasa yang kian berantakan_
Berharap hujan kan segera hadir_
Sederas-derasnya, banjir pun tak apa, tsunami bila perlu!_
Agar tumpukan rasa yang berantakn ini dapat terbawa serta dalam arusnya_
. . . . .
Mengeja waktu, pada setiap gerak jarum jam_
Berharap waktu berhenti, lama_

---------

Aku mencoba tenang dengan segala keputusan yang dia ambil, mencoba menerima walau sebenarnya ada penolakan dalam hati ini. Entah angin apa yang mengubah sikapnya sore ini, ketika asyik chattingan dengannya, tiba-tiba dia menyampaikan sesuatu.
[dek, sepertinya selama ini, interaksi kita sudah terlalu berlebihan…]
[maksudnya..?]
[hhmm, kita cukupkan saja sampai disini.. afwan jika nanti, sms adek atau telpon adek tidak bisa mbak respon lagi. Mbak pikir, sudah saatnya kita intropeksi diri masing-masing]
[begitukah?]
[iya]
[maukah menungguku hingga aku tamat, aku akan segera mengkhitbahmu] ah, belum sempat aku enter tulisan ini, beliau sudah off duluan.

Aku masih terpaku didepan layar semu itu, muncul kembali bayang-bayang lalu yang menghadirkan ingatan dulu tentang awal kami akhirnya bisa begitu akrab selepas beliau tamat, mungkin karena beliau pikir usiaku yang jauh di bawahnya, panggilan adek-mbak ini membuat kami menjadi ‘aman’ dalam berinteraksi selama ini, baik dalam hal curhat-curhatan, atau candaan yang niatnya untuk saling menghibur, atau sekedar bertanya kabar, atau berkirim pesan tausiyah. Ah! Hingga akhirnya ada rasa berbeda yang kini hadir menyapa hati kami.

Aku terdiam, apalah aku ini, hanya seorang mahasiswa yang masih disibukkan dengan tumpukkan tugas-tugas kuliah, juga amanah di kampus, uang masih nadah sama orangtua. Sedangkan beliau sudah tamat, sudah bekerja pula. Tapi, aku begitu berniat untuk mengkhitbahnya. Aku ingin serius dengannya.

“sudahlah… kalau jodoh toh gak akan kemana teman…” lagi, aku dinasehati oleh temanku ketika seusai sholat isya dilihatnya aku begitu murung, seakan tau sebab kemurunganku itu.
“takkan tertukar tulang rusukmu itu…” lanjutnya, sambil merangkul bahuku kuat.
Aku masih diam dengan wajah datar biasa tanpa ekspresi yang berarti, ku tatap langit malam yang begitu indah dengan kelap-kelip taburan bintang disana, sunyi, sepi, di masjid ini hanya tertinggal kami berdua, karena memang kami lah yang bertugas menutup dan membuka masjid ini dengan alasan kost kami yang berjarak tak kurang dari satu meter dengan masjid ini.
“pada lauh mahfuzh, takdir kita telah tercatat dengan sangat rapi oleh Allah, baik itu tentang rezeki kita, ajal kita, juga jodoh kita… lalu, apa yang membuatmu ragu teman” temanku mulai bertausiyah, terkadang dibalik sifatnya yang suka main-main terselip juga sifat seriusnya. Ku balas tausiyahnya itu dengan seulas senyum.
“sabarlah teman, fokuslah dulu dengan kuliahmu, amanahmu saat ini. Tabunglah dananya dari sekarang, emangnya nikah gak pake’ duit apa… Sambil menunggu waktu itu tiba, mari kita perbaiki ibadah kita dan kita pertebal iman kita, kita ini akan menjadi imam bagi pasangan kita. Jika kita baik, maka pasangan kita pun akan baik karena pasangan kita adalah cerminan dari diri kita” jelasnya panjang lebar. Hampir ‘melongo’ aku mendengar kata-kata bijaknya malam ini, wah, ternyata temanku ini sudah begitu dewasa. Akhirnya aku tertawa lepas.
“hhmm, antum nih ya, di kasih nasehat malah diketawain gitu” ujar temanku rada sewot karena melihat aku yang hanya merespon nasehatnya dengan tertawa.
“afwan teman, jangan tersinggung atuh, wah hilang nih kedewasaannya kalau ngambek gitu” godaku padanya yang mulai manyun.
“hahahaaa…. Iya, iya, iya… jazakumullah ya ustadz atas taujihnya tadi” ucapku cepat sebelum dia marah beneran.
“ya sudah, dah malam ini, ayok kita balik ke kost” ajaknya.
Kost-an kami berdampingan erat, ya, sama seperti hubungan pertemanan kami yang juga erat. Bersyukur mempunyai teman seperti dia, orangnya bisa diajak bercanda, juga bisa diajak serius, seimbanglah hidupnya. Di waktu bersamaan aku dan dia membuka pintu kost kami masing-masing.
“Selamat malam teman, mimpi indah ya…” pesanku kepadanya sebelum aku masuk ke kost miniku ini.
“iya.. selamat mimpi indah juga ya… tapi ingat, jangan mimpiin sosok anggunmu itu!” balasnya pelan, karena takut terdengar oleh tetangga kost yang lain. Aku hanya nyengir mendengar pesannya itu.
Sebelum tidur, aku sempatkan tuk bermuhasabah diri, merenungi segala salah dan khilafku, hmm.. astaghfirullah..
----------

*episode 2_
Sejenak aku tertegun, mengingat mimpiku semalam. Selepas shubuh hingga sekarang ada perasaan yang  membuatku begitu tak tenang kini. Lama sudah kami tak berhubungan sejak dia memutuskan untuk tidak saling menghubungi. Mimpi semalam begitu membuatku ingin mendapatkan kepastian darinya, adakah benar dari mimpiku semalam. Ku coba untuk meng-smsnya, berbasi-basi sejenak, lalu dalam sms candaan ini ku selipkan tanya adakah dia akan menikah. [iya] itu balasan darinya, aku mencoba tersenyum mencoba tuk menghibur diri sendiri, lalu diam, inikah saatnya Kau menguji janji ikhlasku yang dulu pernah ku utarakan padaMu ya rabb.

Benarkah dia bukan tulang rusukku?
Benarkah dia bukan takdir cintaku?
Benarkah aku harus mengikhlaskannya kini?

Aku melangkah pelan menuju kost temanku, ku ketuk dan ku ucapkan salam tanpa semangat, semenit kemudian wajah temanku beserta senyumnya yang khas pun menyambut kehadiranku.
“walaikumsalam… ayok, masuk teman. Ada apa? Mau nebeng sarapan lagi ya?” tanyanya ramah, Salah satu kebiasaanku kalau sepagi ini bertamu ke tempatnya, biasanya mau numpang sarapan ditempatnya, karena temanku ini termasuk yang rajin dalam membuat makanan sendiri.
Aku hanya diam, nyelonyor masuk tanpa berniat membalas senyumnya. “Oalaaah, ada apa lagi denganmu teman?” tanyanya langsung ketika menyadari kemurunganku ini.
 “dia akan menikah” jawabku langsung.
“haah! Dia sopo?’ tanya temanku lagi. sepertinya temanku sudah lupa tentang dia yang ku maksud.
“sosok anggun” balasku tak bersemangat.
“Oooooh…. Ya. Ya. Ya.. ana ingat! Ada apa dengan beliau?” Tanyanya lagi. Ah, reaksinya ini malah menambah gondokku saja, ingin rasanya pergi saja dari sini.
“dia akan menikah!” ulangku dengan nada sedikit ketus.
“huuuuuuhhmmmm” temanku berdehem panjang. “itu namanya bukan jodooooooh” sambungnya lagi. ku lihat di berlalu ke dapur kecilnya dan kembali dengan dua piring nasi goreng di kedua tangannya. “ini, kita bicarakan sambil sarapan ya” katanya sambil menyerahkan sepiring nasi goreng di hadapanku. Hmm, rasa lapar yang tak bisa dibohongi ini, akhirnya mengalahkan sejenak rasa ‘badmood’ku atas masalah hatiku ini. Malah aku nambah, mungkin bawaan ‘badmood’ jadi melampiaskan kesalnya sama nasi goreng ini. Ku lihat temanku hanya tertawa lepas melihat tingkahku.

“kenyang?” tanyanya padaku setelah ku habiskan satu suapan terakhir nasi goreng buatannya ini.
“belum” jawabku singkat dengan wajah manyun yang ku buat-buat. Lalu, sedetik kemudian aku nyengir. Lalu kami tertawa lepas. Aku kembali termenung, melihat aku yang sedari tadi hanya diam, temanku mulai mencoba untuk menghiburku, dimulainya dengan hiburan nasyid ala gondesnya berserta gaya lucunya dan mulailah dia berdendang.

_Bangun pagi… dini hari… buru-buru sampai lupa mandi_
_Ingat janji mau ketemu murobbi, dengan semangat tinggi… juga bawa data diri_
_Dandanan rapi, aromanya serba wangi, sisiran gaya sepuluh jari_
_Menata hati, biar tidak tampak grogi_
_Terima tantangan dengan PeDe tinggi_
_Terkejutnya…. Tiada tara, saat murobbi memberi data_
_Sekuntum bunganya serba mempesona, hapalan al.qur’annyaaaaa… sungguh luar biasa_
……

Alhasil aku tertawa lepas melihat gayanya yang lucu, lalu berselang beberapa menit kemudian, dia terdiam, tak melanjut lirik selanjutnya. “loh kok berhenti?” tanyaku dengan nada sedikit kecewa, karena konser nasyidnya terhenti mendadak.
“hmm, sebenarnya kalau dengar lagu ini, ana merasa sangat tersindir teman” ucapnya tiba-tiba. “yaaa… ana jadi ingat dengan hapalan ana yang belum genap satu juz, itu pun kalau di muroja’ah ulang pasti hasilnya berantakan” sambungnya lagi. “gimana mau jadi imam yang baik nih untuk pasanganku kelak” lirih dia berkata. “eh, kok jadi ana yang curhat ya… kan tadi antum yang curhat… hehee…” ujarnya lagi sambil cengengesan tak jelas.
“ya udahlah teman, kalau memang beliau mau nikah, di ikhlaskan saja… berprasangka baiklah selalu terhadap Allah, jodoh kita takkan terambil sama orang lain, juga takkan tertukar dengan orang lain. Ingat sama pesan Allah, baik menurut kita belum berarti baik menurut Allah, buruk menurut kita belum berarti buruk menurut Allah” sungguh bijak nasehat temanku ini, aku hanya mampu meresponnya dengan senyumku.
“Allah Maha Tahu mana terbaik untuk hamba-hambanya, tenanglah… Allah takkan memberikan kekecewaan kepada para hambanya. Sesungguhnya, Allah sesuai dengan prasangka hambanya. Jadi, kita harus berprasangka baik sama Allah. Oke teman…” ujarnya memberiku kekuatan.
“insyaAllah… ana ikhlas…” ucapku singkat sembari tersenyum.

^_^ *the end* ^_^
Doa tuk mendapatkan jodoh yang baik (dibaca en dihapal ya :) hehe...

robbanaa hablanaa min azwaajinaa wadzurriyyatinaa qurrota a’yuniwwaj’alnaa lilmuttaqiina imaman. Aamiin ya rabbal’alamiin.
“Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.” Aamiin ya rabbal’alamiin. _QS. Al. Furqon: 74_

Senin, 18 Juli 2011

::Hanya Sebuah Mimpi::

Senin, 18 Juli 2011, sekitar pukul 04.10 sampai 05.05

Selepas makan sahur, lalu dilanjutkan lail dan ditutup witir. Sebenarnya hanya berniat berbaring sejenak, karena ternyata mata ini masih ingin mengatup kembali, alias masih ngantuk. Niat yang tadinya hanya ingin berbaring-baring saja, lalu tilawah sambil nunggu shubuh, eh.. ternyata malah tertidur :D hehe..

Perasaan, baru saja terlelap, eh.. aku sdh diajak pada sebuah adegan dalam mimpi. Tapi, aku tidak suka dengan adegan dalam mimpi itu :(, soalnya tokoh yang menjadi lawan mainku dalam mimpi itu adalah seorang i****n yang aku kenal, (oooooh, tidaaaakkk!). Sebenernya sih, adegannya biasa ya, hmm... tapi menjadi tdk biasa klo ku pikir itu akan terjadi pd kami (_ _") *tenang, hanya mimpi kok* ku coba utk menghibur diri.

Mimpi yang seperti ini sangat jarang terjadi, apalagi masuk seorang i****n ke dalam mimpiku. Dan yg membuat aku cukup terganggu, karena mimpi ini terus saja muncul dalam pikiran. Biasanya tuh ya, klo aku mimpi, pasti pas aku bangun tuh dah lupa sama mimpinya, tapi ini nggak.. hmm, sampe skrg aku masih inget, keseluran adegan plus dialog singkat antara aku dan dia dalam mimpi itu. (guubbraaakkk, geli sendiri klo ingetny... hahaa..)
Dan yg aku alami sama mimpi aku ini, sangat bertolak belakang dengan pendapat ini,
"Kamu Akan Lupa 90% Dari Mimpimu. Sekitar 5 menit setelah kamu terbangun kamu akan segera melupakan 50% dari mimpimu, 10 menit kemudian 90% “jalan cerita” mimpimu akan terlupakan.
Penulis puisi terkenal Samuel Taylor Coleridge pada suatu waktu terbangun setelah mendapatkan mimpi yg indah, dia lalu segera menuliskannya di kertas untuk menggambarkan mimpinya tadi, setelah menulis 54 baris tiba-2 ada orang yg datang kerumahnya. Setelah urusan dg orang itu selesai Samuel bermaksud menyelesaikan puisinya tadi, tapi dia tdk berhasil mengingat lagi mimpinya. Puisinya itu tidak pernah selesai. Puisi yg tidak pernah terselesaikan itu berjudul “Kubla Khan” dan menjadi salah satu puisi paling terkenal di Inggris. Robert Louis Stevenson ( penulis buku Doctor Jeckyll and Mr. Hyde ) dan Mary Shelley’s Frankenstein mendapatkan ide dari mimpi yg mereka alami" (http://www.resep.web.id/serba-serbi/10-fakta-yg-harus-kamu-ketahui-tentang-mimpi.htm)



Haaaaaaaaahhhh, knpa sudah lewat satu hari, aku masih inget e sama tuh mimpi, aneh.....

Klo di bilang mimpi burukkah? ku rasa bukan mimpi buruk, karena tak ku temui hantu disana, juga tak ku rasa ketakutan atau kesedihan disana. tapi, klo dibilang mimpi baikkah? hhmmm, entahlah wallahualam >.< yang jelas aku tidak begitu suka dengan mimpinya...... huhuhuhu.... (. .') 
Kok ya bisa sih dia masuk ke mimpi aku, padahal memikirkan dia sebelumnya saja tidak.
Dan aku sedang tidak mengharapkan petunjuk dari Allah loh (+.+)

*Oaalaaaaahh, cuma mimpi aja kok ya masih dipikirin toh..... :hahahaa... jd, malu.
yelah, yelah... cuma mimpi kok, gak beneran... :p

yowessss, hanya sekedar ingin mengabadikan mimpi yang masih ku ingat smpai saat ini saja, lagian aku jg dak mikir yg macem-macem kok. Yang kuharap semoga tuh i****n tidak bermimpi sama seperti aku (maaaaluuuuuuuu euy....) >.<

Istriku yang Paling Cantik :)

Pukul 4.05, alert di hpku membangunkan. Ia ikut bangun. Padahal, aku tahu baru pukul 23.30, ia bisa tidur setelah berjibaku dengan kerjanya, kerja rumah tangga, urusan dua anakku, dan mengurusi aku sebagai suami.

Ups, rupanya ia lupa menyetrika baju kantorku. Aku mandi, shalat lail dan shalat subuh. ia selesai pula menyelesaikan itu. Plus, satu stel pakaian kerjaku telah siap.

Aku siap berangkat. Ah, ada yang tertinggal rupanya. AKu lupa memandangi wajahnya pagi ini. "Nda, kamu cantik sekali hari ini," kataku memuji.

Ia tersenyum. "Bang tebak sudah berapa lama kita menikah?" Aku tergagap sebentar. Melongo. Lho, koq nanya itu. hatiku membatin. Aku berhenti sebentar dan menghitung sudah berapa lama kami bersama. Karena, perasaanku baru kemarin aku datang ke rumahnya bersama ust. Bambang untuk meminangnya."Lho, baru kemarin aku datang untuk meminta kamu jadi istriku dan aku nyatakan ‘aku terima nikahnya Herlinda Novita Rahayu binti Didi Sugardhi’ dengan mas kawin sebagaimana tersebut tunai." Kataku cuek sembari mengaduk kopi hangat rasa cinta dan perhatian darinya.

Ia tertawa. Wuih, manis sekali. Mungkin, bila kopi yang aku sruput tak perlu gula. Cukuplah pandangi wajahnya. "Kita sudah delapan tahun Bang." Katanya memberikan tas kerjaku.

"Aku berangkat yah, assalamualaikum," kataku bergeming dari kalimat terakhir yang ia ajukan.

Aku buru-buru. "Hati-hati yah dijalan." Sejatinya, aku ingin ngobrol terus. sayang, KRL tak bisa menunggu dan pukul 7.00 aku harus sudah stand by di ruang studio sebuah stasiun radio di Jakarta.

Aku di jalan bersama sejumlah perasaan. Ada sesuatu yang hilang. Mungkin benar kata Dewa, separuh nafasku hilang saat kau tidak bersamaku. kembali wajahnya menguntit seperti hantu. Hm, cantiknya istriku. Sayang, waktu tidak berpihak kepadaku untuk lebih lama menikmatinya.

Sekilas, menyelinap dedaunan kehidupan delapan tahun lalu. Ketika tarbiyah menyentuh dan menanamkan ke hati sebuah tekad untuk menyempurnakan Dien. Bahwa Allah akan memberikan pertolongan. Bahwa rezeki akan datang walau tak selembar pun kerja kugeluti saat itu. Bahwa tak masalah menerapkan prinsip 3K (Kuliah, Kerja, Kawin).

Sungguh, kala itu kupikir hanya wanita bodoh saja yang mau menerimaku, seorang jejaka tanpa harapan dan masa depan. Tanpa kerja dan orang tua mapan. Tanpa selembar modal ijazah sarjana yang saat itu sedang kukejar. Tanpa dukungan dari keluarga besar untuk menanggung biaya-biaya operasional.

Dan, ternyata benar. Kuliahnya dan kuliahku bernasib serupa. Berantakan. Waktuku habis tersita untuk mengais lembar demi lembar rezeki yang halal. Sementara ia harus merelakan kuliahnya di sebuah perguruan tinggi negeri untuk si Abang, anakku.

Kehidupan harus terus berjalan. Kutarik segepok udara untuk mengisi paru-paruku. Kurasakan syukur mendalam. Walau tanpa kerja dan orang tua mapan, ‘kapal’ku terus berlabuh. Bahkan, kini sudah mengarung lebih stabil dibanding dua dan tiga tahun pertama.

Ternyata, memang benar Allah akan menjamin rezeki seorang yang menikah. Allah akan memberikan rezeki dari arah yang tidak terduga. Walaupun tetap semua janji itu muncul dengan sunatullah, kerja keras. Kerja keras itu terasa nikmat dengan doa dan dampingan seorang wanita yang rela dan ikhlas menjadi istriku.

Namun, aku tahu wajah cantik istri ku mungkin akan memudar dengan segala kesibukan, mempersiapkan makanan untuk si Abang dan Ade yang mau berangkat sekolah, mempersiapkan tugas-tugas untuk pekerjaanya, belum lagi mengurusi tetek bengek rumah tangga. Kelelahan seolah menggeser kecantikan dan kesegarannya. Untunglah, saat aku pulang, ia bisa mengembalikan semua keceriaan itu dengan seulas senyum yang menyelinap dibalik penat dan kelelahan.

Istriku cantik sekali pagi ini. Maafkan aku tak bisa menemanimu. Namun, doa dan ridhaku selalu bersamamu.

Sayangku,kumohon dekat di sini
temani jasadku yang belum mati
Aku melayang


---------
fikriaty ibnu abbas
copas dr http://www.dudung.net/artikel-islami/isteriku-tetap-yang-paling-cantik.html

Ada Apa denganmu Perempuanku?


Tidakkah kau lihat langit begitu cerah? Tidakkah kau rasakan udara yang berhembus perlahan, sungguh segar dan membuat nyaman. Bukankah kau selalu jatuh cinta pada pagi yang hangat? Rasakan, pagi ini matahari pun mengajakmu kembali dalam pelukannya yang hangat, burung-burung bernyanyi riuh, seakan rindu akan senandungmu. Tapi, mengapa kulihat kabut dimatamu?

Duh, seandainya saja kau membutuhkan tempat untuk berbagi, mengapa tidak kau percayai aku? Berbagilah denganku, jangan ragu untuk berbagi duka itu, jangan sungkan untuk membagi nestapa itu.

Perempuanku, aku ingin melihatmu tersenyum, aku ingin mendengarmu tertawa. Aku ingin melihat kau bercanda kembali seperti hari-hari lalu yang pernah terlewati. Tersenyumlah padaku, tertawalah bersamaku, bercandalah denganku, karena luka itu akan segera berlalu.

Bukankah setiap kita tak pernah luput dari salah dan khilaf, lalu mengapa kau salahkan diri atas semua duka yang kini singgah dalam kehidupanmu? Tak ada gunanya untuk bersikap seperti itu terus menerus, berjuanglah untuk bangkit. Ia tahu jika kau menyesal, Ia paham kau merasa berdosa, dan kau pun tahu bahwa Ia Maha Pengampun.

Percayalah, Ia sangat menyayangimu, seperti ia menyayangi yang lainnya. Jangan merasa diperlakukan tidak adil, jangan merasa hina, dirimu adalah pribadi yang mandiri yang tidak bisa disamakan dengan orang lain. Kau mungkin tidak memiliki kecantikan, mungkin juga tidak punya kepandaian, atau bahkan kau mungkin tidak berharta, bisa juga kau tidak bergelar apapun, tapi bukankah kau selalu berusaha untuk mencintaiNya, kau selalu belajar agar selalu dekat denganNya?

Aku tahu kau tak pernah berhenti mengingatNya, dalam setiap napas selalu kau sebut namaNya. Adakah yang lebih penting dari mencintaiNya dengan sungguh-sungguh? Adakah yang lebih penting dari mendapatkan cintaNya?

Karena itu perempuanku, saat hatimu terluka, atau saat hidupmu terasa sempit, aku tahu kau mengerti bagaimana menghadapi luka, bagaimana cara menyikapi kesempitan, meski saat ini kau merasa terpuruk, merasa sendiri, merasa tak ada yang peduli, tak ingatkah kau? Bahwa Ia selalu bersamamu.

Ayolah perempuanku, saatnya kini untuk bangkit, untuk berjuang melawan kesempitan, saatnya kembali tersenyum ketika pagi tiba, saatnya kembali memulai hari dengan semangat. Biarkan luka itu menempa dirimu menjadi kuat, menjadi tegar, menjadi tangguh.


--------
Penulis : Siti Julaeha
copas dr http://www.dudung.net/

Kamis, 14 Juli 2011

Mungkin...


Mungkin kau resah-
Saat banyang sahabat mulai tak dapat kau peluk-
Saat waktunya pun tak mau mengasihani mu-

Mungkin kau pucat-
Saat sendiri itu jadi sahabat mu kini-
Saat langkah2  itu mulai menambah kecepatannya-
Aah! Kau lupa kalau ternyata kaki mu tak begitu panjang-
Relakan untuk terpisah dari bayang yang kini mulai tak terlihat-

Mungkin kau marah-
Saat tangis mu tak terhapus sahabat-
Saat tawa mu tak berteman-
Saat kesal mu hanya dapat tertampung-


Mugkin kau tau-
Saat ini adalah nyata-
Saat ini adalah sendiri-
Saat ini adalah kerapuhanmu-



Mugkin kau paham-
Tapi, mugkin-
Kau hibur dalam kesembunyian bisu-
Kau hilang dalam waktu yang tertinggal-

Hmm-
Senja ini indah-
Senja yang kan menghantarkan pada awal malam-
Pada kediaman malam-
Pada kesendirian malam-
Pada ketakutan malam-
Pada krahasian malam-
Ckup pada waktu malam-
Tapi, tidak untuk waktu pagi-
Berhentilah waktu!!!-

::271010::

Minggu, 10 Juli 2011

Ketika UjianNya Datang kepadamu, bersabarlah...


Diambil dari Buku Kisah Penuh Hikmah:

Pernahkah kita merasa diuji oleh Allah? Kita cenderung mengatakan kalau kita ditimpa kesusahan maka kita sedang mendapat cobaan dan ujian dari Allah. Jarang sekali kalau kita dapat rezeki dan kebahagiaan kita teringat bahwa itupun meru¬pakan ujian dan cobaan dari Allah. Ada diantara kita yang tak sanggup menghadapi ujian itu dan boleh jadi ada pula diantara kita yang tegar menghadapinya.

Al-Qur’an mengajarkan kita untuk berdo’a:
"Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya… "(QS 2: 286)

Do’a tersebut lahir dari sebuah kepercayaan bahwa setiap derap kehidupan kita merupakan cobaan dari Allah. Kita tak mampu menghindar dari ujian dan cobaan tersebut, yang bisa kita pinta adalah agar cobaan tersebut sanggup kita jalani. Cobaan yang datang ke dalam hidup kita bisa berupa rasa takut, rasa lapar, kurang harta dan lainnya.

Bukankah karena alasan takut lapar saudara kita bersedia mulai dari membunuh hanya karena persoalan uang seratus rupiah sampai dengan berani memalsu kuitansi atau mene¬rima komisi tak sah jutaan rupiah.

Bukankah karena rasa takut akan kehilangan jabatan membuat sebagian saudara kita pergi ke "orang pintar" agar bertahan pada posisinya atau supaya malah meningkat ke "kursi" yg lebih empuk. Bukankah karena takut kehabisan harta kita jadi enggan mengeluarkan zakat dan sadaqoh.

Al-Qur’an melukiskan secara luar biasa cobaan-cobaan tersebut. Allah berfirman: "Dan Sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, ke¬kurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar." (QS 2: 155) Amat menarik bahwa Allah menyebut orang sabarlah yang akan mendapat berita gembira. Jadi bukan orang yang menang atau orang yang gagah… .tapi orang yang sabar! Biasanya kita akan cepat-cepat berdalih, "yah..sabar kan ada batasnya… " Atau lidah kita berseru, "sabar sih sabar… saya sih kuat tidak makan enak, tapi anak dan isteri saya?" Memang, manusia selalu dipenuhi dengan pembenaran-pembenaran yang ia cipta¬kan sendiri.

Kemudian Allah menjelaskan siapa yang dimaksud oleh Allah dengan orang sabar pada ayat di atas: "(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka mengucapkan "Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un". (Qs 2: 156)

Ternyata, begitu mudahnya Allah melukiskan orang sabar itu. Bukankah kita sering mengucapkan kalimat "Inna lillahi… ." Orang sabar-kah kita? Nanti dulu! Andaikata kita mau merenung makna kalimat Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un maka kita akan tahu bahwa sulit sekali menjadi orang yang sabar.
Arti kalimat itu adalah : "Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah kami kembali."
Kalimat ini ternyata bukan sekedar kalimat biasa. Kalimat ini mengandung pesan dan kesadaran tauhid yang tinggi. Setiap musibah, cobaan dan ujian itu tidaklah berarti apa-apa karena kita semua adalah milik Allah; kita berasal dari-Nya, dan baik suka-maupun duka, diuji atau tidak, kita pasti akan kembali kepada-Nya. Ujian apapun itu datangnya dari Allah, dan hasil ujian itu akan kembali kepada Allah. Inilah orang yang sabar menurut Al-Qur’an!

Ikhlaskah kita bila mobil yang kita beli dengan susah payah hasil keringat sendiri tiba-tiba hilang. Relakah kita bila proyek yang sudah didepan mata, tiba-tiba tidak jadi diberikan kepada kita, dna diberikan kepada saingan kita. Berubah menjadi dengki-kah kita bila melihat tetangga kita sudah membeli teve baru, mobil baru atau malah pacar baru. Bisakah kita mengucap pelan-pelan dengan penuh kesadaran, bahwa semuanya dari Allah dan akan kembali kepada Allah. Kita ini tercipta dari tanah dan akan kembali menjadi tanah… .

Bila kita mampu mengingat dan menghayati makna kalimat tersebut, ditengah ujian dan cobaan yang menerpa kehidupan kita, maka Allah menjanjikan dalam Al-Qur’an: "Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk."

Allah berfirman dalam Al-Qur’an :
Laa yukallifullahu nafsan illa wus aha
Allah tidak akan memberi cobaan pada manusia kecuali mereka mampu menanggungnya.
Untuk itu tak usah buru-buru meratapi kondisi kita yang miskin, sakit-sakitan, ditimpa bencana, kesulitan, masalah hidup, Seakan hanya kita yang mendapat cobaan yang berat dari Allah.

Innallaha maashobirin
Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.

Semoga kita semua termasuk dalam golongan orang-orang yang sabar. Aamiin :)

Senin, 04 Juli 2011

Tentang Wacana Ku

Dalam wacana eksposisi ini ku tulis_
Beberapa tulisan berbentuk paparan kalimat ringkas_
Tentang hidupku yang tidak begitu efektif dan selaras_
Terlampau banyak kata yang terlepas_
Tertuang dengan tidak logis_


Mungkin diksinya tidak begitu bagus_
Namun, biarlah kata merangkai kalimat bebas_
Membentuk paragraf hingga menjadi sebuah wacana eksposisi ringkas_
Yang tidak begitu asik tuk dibahas_


Hmm... tapi, aku masih berharap kau puas_
Bacalah wacana ku hingga tuntas_
Agar kau tahu tentang aku dalam klimaks_
Dan asaku agar tak pias_
Juga inginku agar tak bias_




Plg,  Nov'09

Sabtu, 02 Juli 2011

Ketika Ana sedang Jatuh Cinta...


"Ku rasa, aku sedang jatuh cinta" ucap ana tiba-tiba, di obrolan ringan kami sehabis makan siang.
"Haaaaah!! gak salah denger nih? jatuh cinta sama siapa ukhtiku sayang..." tanyaku kaget dan langsung menatap wajah datarnya yang masih menyeruput sisa es jeruk miliknya.
"Ya, jatuh cinta sama orang lah... masa' iya jatuh cinta sama kucing" jawabnya lepas sambil nyengir lebar.
"Haaduuuh, itu mah aku juga tau.. maksudku itu siapa toh orangnya? ikhwan yaaa....?? aku kenal gak??? anak kampus kita ini yaa????" ku hujani ia dengan serentetan pertanyaanku.
"Hhhmmm...." tapi, hanya helaan nafas panjangnya yang menjadi jawaban atas pertanyaanku tadi.
 "iiiiiihh, ayoooo ceritaaaaa......." bujukku cepat sambil menarik-narik tangannya (gaya anak kecil yang sedang merengek pada ibunya tuk minta dibeliin balon).
"Jangan disini aah, kita cari tempat lain. Tuh liat, mbak penjaga kantinnya dari tadi dah ngeliatin kita terus, dah lebih 1 jam kita di sini, belum pergi-pergi juga" bisiknya pelan padaku.
"Oke, kita cari tempat di belakang dekanat aja ya, tempat biasa kita suka ngedate, hehe" ucapku, dan kami pun berlalu.
----------

"Rasanya sangat sakit, ketika kita harus menyimpan rasa ini sendiri, terlalu banyak bisikan syaitan yang menggoda" ucap ana lepas. Ku lihat raut wajahnya yang datar, benar-benar tanpa ekspresi. "Aku tidak meminta ini sebelumnya pada Allah, aku belum ingin jika harus dihadiahkan sebuah rasa yang kini tengah berbunga dihatiku, aku hanya ingin jatuh cinta pada suamiku, tidak pada orang yang belum pasti seperti ini" ucapnya lagi, masih dengan raut wajah datarnya.
"Apa lagi yang ingin kau katakan ukhti, ucapkanlah.. supaya 'plong' nantinya, aku akan mendengarkannya, dan jika kau ingin meminta saranku, aku akan berikan saranku nanti" ujarku pelan sambil mengamit lengannya dan tersenyum.
"Aku tidak suka dengan aku yang sekarang, kenapa aku tidak bisa bersikap tegas atas diriku sendiri, kenapa harus masalah yang seperti ini lagi yang harus aku hadapi" lirih kata-katanya terdengar dan dia mulai menunduk pelan.
"Aku malu, malu pada jilbab panjangku ini, karena ternyata... hatiku, belum sepenuhnya berjilbab" ku lihat kini raut wajahnya mulai mendung.
"Ingin sekali menghilang..." terhenti sejenak kata-katanya. Aah! ukhtiku sayang kini tengah menangis, sedih sekali melihatnya menangis seperti ini. Ku ambil sapu tanganku yang memang selalu tersedia di tasku, ku hapus pelan air matanya.
"Menangislah.... agar air matamu itu dapat mendinginkan hatimu yang kini tengah bergejolak tak pasti" ucapku pelan.
"Ukhti... jatuh cinta itu anugerah yang teramat indah yang Allah berikan pada kita. Jika kini Allah sedang menguji Ana dengan rasa cinta pada lawan jenis, maka Ana harus buktikan kalau Ana pasti bisa menyelesaikan ujian ini dengan baik. Setiap insan manusia yang normal, pasti akan pernah merasakan rasa jatuh cinta seperti ukhti, aku juga gitu dulu... tapi, aku bisa melewatinya" jelasku sambil menatapnya dengan kesungguhan.
"Dulu, waktu awal-awal kuliah, Allah juga mengujiku dengan ujian jatuh cinta seperti ini. Allah titipkan rasa ini padaku, bersikap tegas terhadap diri sendiri itu memang sulit. Tapi, harus yakin kita bisa, nikmati setiap rasa yang telah Allah titipkan pada kita, tidak hanya rasa sayang, rasa cinta, atau rasa rindu, tapi kita juga harus bisa menikmati rasa sedih, rasa kecewa, rasa benci. Jika memang sudah tak sanggup menyimpan rasa yang telah Allah titipkan itu, kembalikan lagi pada Allah" ucapku sambil memegang erat jemarinya, mencoba memberikan kekuatan semangat kepada sahabatku yang tengah jatuh cinta ini. Ku lihat dia masih diam, kembali raut wajah datarnya menatapku.
"Jatuh cinta itu sakit, kalau kita tidak bisa mengolahnya dengan baik...." kalimatku terputus kala ku lihat matanya membulat lucu, seakan bertanya maksud atas kalimatku ini.
 "Iyaaa.... namanya juga 'jatuh' ya pasti sakit dong, tapi ketika 'jatuh'nya didampingi sama 'cinta', yaaaa.... seharusnya gak harus menimbulkan rasa sakit, ketika seseorang sudah berani menyatakan rasa jatuh cintanya sama lawan jenisnya, maka dia harus sudah siap tuk 'bangun' dari 'jatuh' nya dia tadi..." jelasku panjang lebarnya.
 "Maksudnya.....?" tanya Ana polos.
"Seharusnya setelah jatuh cinta, yaaa... bangun cinta dong...." ucapku langsung.
"Apa tuh bangun cinta???" tanyanya lagi dengan raut wajah yang benar-benar ingin membuatku tertawa terbahak-bahak.
"Menikah atuh neng..." jawabku singkat sembari mengerlingkan mata menggodanya.
------

*(bersambung) ^_~ hehe...