Tampilkan postingan dengan label Hanya Ingin Menulis. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Hanya Ingin Menulis. Tampilkan semua postingan

Senin, 29 Juli 2013

Siapa jodohku Tuhan...


Berbilang tahun makin bertambah usiaku,
Satu demi satu sahabat mulai bertemu pasangan tulang rusuknya,
Perlahan undangan mulai ramai menghampiri,
Mulai berbisik pelan, "Kapan, jodohku menjemput yaa Rabb..."

Orangtua mulai risau,
Sahabat mulai bertanya, "kapan nyusul?"
Usia makin bertambah banyak,
Adakah jodoh untukku, Tuhan?

Senja makin menua jingga,
Makin tersapu gelap,

Adakah kesalahanku dimasa lalu, Tuhan?
Mungkinkah ada sikap durhaka-ku pada-Mu, Tuhan?

Lama aku termenung,
Menerawang jauh menembus bentangan biru-Mu,
Mencoba menerka jawab-Mu,
Jika ini, rasa khawatir yang Engkau anggap berlebihan, ampunilah aku yaa Rabb,
Aku pernah berharap dia-lah jodohku,
Walau tak pernah ku pinta dia pada-Mu,
Kini, dia telah menjemput tulang rusuknya yang sempat hilang,
tapi, itu bukan aku..

Berbilang waktu masih termangu,
Ada mendung yang masih bergelayut,
Mungkinkah aku tak rela dia pergi...

Tuhan, semoga Engkau berkenan mengampuni aku,
Jika, Engkau marah...
Cukuplah Engkau pukul aku di dunia saja..
Jangan diamkan aku,

Pegangilah hatiku selalu yaa Rabb, agar aku tak jadi pelanggar.

Minggu, 19 Februari 2012

::Hari ini dan Tanggal ini::


pertengahan bulan lalu, dia sempat menuliskan harapannya d tanggal ini pdMu, ya Rabb :) lalu dia sampaikan pdMu ttg harapannya itu dengan penuh keyakinan, aah.. dia lupa, tanpa dia sampaikan pun, Engkau sdh mengerti kan akan inginnya...
hhmm... :) tp trnyta Engkau blm meng-acc harapannya itu...

ku kabarkan padanya tentang Engkau yg belum meng-acc harapannya d hari dan tanggal ini...
dia tersenyum pelan, ku tahu, dia sedang mencoba mencerahkan langitnya.
tapi, selang bebrapa waktu, dia meminta maaf...
Katanya, .-_-. "maaf, harus ku cipta sendiri mendung, gerimis ini d langitku.."
ku coba tenangkan dia..
ku pinjanman dia payung, utknya berteduh ats gerimis yg dia cipta...
lalu, dia kembali berujar, "aku punya payung sendiri, tp utk kali ini sengaja ku hujani rintik pd wajahku"
ku coba tuk membls sikapnya dengan senyum..
"maaf, aku tak jua pandai menerka maksud-Nya untukku" tiba2 dia berucap kembali sembari menutupi wajahnya dengan kesepuluh jari-jari kecilnya.
ku raih jemarinya dan kini tampak mendung itu d mataku..
"jangan begitu..." ucapku menghibur.
"harus apa lagi yg ku kata, bukankah kau sendiri meyakini akan rencana indah Allah.."
"Allah akan menepati janji-Nya... Hnya saja, kita-nya yg kadang atu mungkin tidak percya akn janji-janji Allah itu..."

hari ini, tanggal ini...

dia berucap,

"[lagi] kuciptakn sendiri angin gemuruh, berharap hujan kmbali menghujani... berharap air membanjiri setiap d sudut ruang hati..."

:) sekarang, anggap saja dia sedang cemburu..
kesal pada sesuatu yg dia sendiri tidak tau itu apa...
marah, tp tak tau dengan sypa..
cemburu, sehingga sdikit membutakan pandangannya..

ku mohon, jangan marahi dia ya Rabb..
jangan pernah menjauh darinya..

dan hari ini, tanggal ini, dia pun kembali berujar padaku,
"izinkan aku kembali merangkai gerimisku pagi ini..."
dan, aku hnya dapat memjawab, "cepatlah kembali cerah, banyak yang menantimu" :)



ikhlasmelepasharap_2002.2012 

Sabtu, 11 Februari 2012

Cerita Di Antara Hujan_

Gemuruh lantang dari balik langit mulai memberi tanda..
Angin hilir mudik berlari kencang melintasi waktu..
TibaNya Sang Tuhan, melukis kelabu di wajah kanvas langit membentang..
Berselang detik, deras si jarum bening itu menancap lantai bumi.. :)

Di episode lain, tersapa senyum di wajah si mungil sang b0cah..
Dari jemari kecilnya, kertas-kertas koran lusuh itu pun tersulap menjadi kapal-kapal besar nan gagah..
Satu, dua, tiga kapal pun kini siap untuk di layarkan..
Dengan langkah riang, lompatan kecilnya, seirama dengan senandung nyanyian hujan..
Tibalah di lautan keruh nan kecoklatan bersma tapak kecilnya tak beralas, dengan tawa lebar dan tepuk tangan kecilnya, sang b0cah mulai memberangkatkn kapal-kapalnya..
Rintik mulai menyapa wajah sang b0cah, mulai membuat dingin sang tubuh, tapi cerianya terus saja menghangat, kapal-kapalnya kini tlah melaju jauh ke samudera luas di ujung sana..
Ia berlari mengejar kapal-kapalnya, lagi, tapaknya nan mungil trus saja melompat di antara jarum-jarum bening yang trus menghujam bumi, baru saja sang b0cah ingin menyapa pelaut-pelaut kecil seperjuangannya di ujung sana, sentakan suara keras menahan langkahnya..
"Hei.. Jangan ke sana! Ayo PULANG.. nanti sakit..!!!"
Langkahny terhenti, garis lengkung bibirnya ke arah bawah mulai tampak..
Dengan berat ia bawa serta tapak kecilnya kembli ke pelabuhan awal..


Di episode lain, sang bocah menatap luruh, dari balik bingkai kaca yang menahan, hujan s0re ini meninggalkan embun di kaca bening yang menahan dirinya sedari tadi, jemari kecilnya mulai melukis di atas embun..
Keriangannya mulai kembali, walau tak dapat bermain langsung bersama sang hujan, tapi embun ini pun mampu mengembalikan cerianya..
Mulai melukis di antara sisa-sisa rintik yang tertinggal yang membentuk embun.. :)


Tentang hujan..
Tentang cerita yang tertinggal di antara rintiknya yang lalu..
Tentang ketakutan yang juga sering menyapa bersama deras rintiknya..
Tentang kerinduan saat beningnya mendinginkan hati..
Tentang kecemasan karena hentakan sang gemuruh..
Tentang keriangan di antara senandung rintiknya..
Tentang hujan.

Kamis, 26 Januari 2012

Dialog Antara Si Biru dan Si Hijau


Dialog Antara Biru dan Hijau...

Hijau: "Biruuuu... apa kabarmu di atas sana?"

Biru: "Hey Hijauuu, aku baik-baik saja :)"

Hijau: "Bagaimana langit hari ini? akankah cerah?"

Biru: "Entahlah..."

Hijau: "Kau sendiri inginnya bagaimana?"

Biru: "Aku ingin sekali hari ini cerah Hijau, 
seperti yang kau harap setiap kali menyapaku...
tapi, aku sendiri tak dapat menentukan"

Hijau: "Hmmm..." (menghela nafas)

Biru: "Maaf, hijau... Langit ini bukan milikku.
Jadi, aku tak dapat mewarnainya seenak hatiku"

Hijau: "Ya.ya.ya... aku tau"

Biru: "Hijau... kau tak marah kan padaku"

Hijau: (diam)

Biru: "Hijauuu...."

(tiba-tiba, angin kuat bertiup menghempas ke badan Si Hijau) 



Biru: "Hijau... kau tak apa-apa? Ayo, jawab aku"

Hijau: (mulai, menangis)

Biru: "Hijau, jangan menangis"

Hijau: "Angin itu telah menjatuhkan daun-daunku"

Biru: "Tenanglah, daun yang jatuh itu telah menjemput takdirnya"

Hijau: "Maksudmu?"

Biru: "Iya. Maksudku, tak ada yang terjadi secara kebetulan, 
semua terikat pada takdir,
setiap kejadian yang terjadi karena kehendak Allah.
Juga tentang nasib daun yang terjatuh itu"

Hijau: "Iyakah"

Biru: "Iya, hijau..."

(tiba-tiba, langit mulai menggelap dan Si Biru pun hilang)

Hijau: "Biruuuuuuuu..... kau dimana?"

Biru: (diam)

Hijau: "Biruuuu, kemana kau?"

Hijau: (mulai menangis)

Hijau: "Biruuu, taukah kau. Aku selalu takut saat kau tak ada.
Langit begitu gelap dan pasti setelah ini.
Langit akan meneteskan airnya. Membasahi aku."

(dan, air hujan pun mulai terjatuh, tetes demi tetes)


Hijau: "Biruuuu, cepatlah kembali. Aku mulai mengigil kedinginan akibat air hujan ini"

Biru: (hanya dapat menatap gundah pada Hijau dari balik awan kelabu)

Hijau: "Biru, kau tidak kasihan melihatku seperti ini"

Hijau: (kembali menangis)

Biru: (menatap penuh kasihan dan mulai ikut menangis)

Hijau: "Aku takkan menyapamu lagi Biru"

Biru: (masih terkurung dalam awan kelabu, tak mampu melawan)

Biru: "Maafkan aku Hijau, bukan inginku membuatmu kesal padaku

(sehari penuh kelabu, hujan-gerimis)

(langit kembali cerah)

(Si Biru mulai menampakkan diri, tapi Si Biru tak sendiri)

Biru: "Hijauuuuu, lihat! Aku ingin menunjukkan sesuatu padamu"

Hijau: (cuek)

Biru: "Ayooo, Hijau. Jangan marah lagi padaku. Aku berikan ini untukmu"


Biru: "Lihaaaaaat!"

Biru: "Langit sengaja menggelap sehari, hujan lalu gerimis.
Karena ia ingin perlihatkan indahnya pelangi padamu"

Biru: "Hijau, walau tadi aku tak ada saat kau sapa aku.
Sebenarnya, aku melihatmu dari atas sana.
Hanya saja, saat langit mendung.
Aku harus terpaksa tertutup awan-awan kelabu itu"

Biru: "Hijau... kau tak marah lagi kan padaku"

Biru: "Hijau, walau angin bertiup menghempas tubuhmu.
Walau langit menghitam dan awan-awan kelabu itu menyembunyikanku darimu.
Aku tetap ada. Aku tak jauh darimu"

Biru: "Hijau, kau harus tetap kuat saat angin itu berhembus.
Kau harus tetap berani saat langit mulai menghitam"

Hijau: "Biruuuu, aku beruntung bertemu denganmu"

Hijau: "Maaf jika ternyata aku terlalu manja egois padamu"

Biru: "Senang bisa mengenalmu"

Hijau: "Aku juga... :)"

Hijau: "Biru... ada lagu untukmu"

Biru: "Apa?"

Hijau: "Sebiru Hari Ini"

Biru: (tersenyum)

Hijau: (balas tersenyum)

Sebiru hari ini, birunya bagai langit terang benderang
Sebiru hati kita, bersama di sini

Seindah hari ini, indahnya bak permadani taman surga
Seindah hati kita, walau kita kan terpisah


reff:
Bukankah hati kita telah lama menyatu
Dalam tali kisah persahabatan ilahi
Pegang erat tangan kita terakhir kalinya
Hapus air mata meski kita kan terpisah
Selamat jalan teman
Tetaplah berjuang
Semoga kita bertemu kembali
Kenang masa indah kita
Sebiru hari ini

Seindah hari ini, indahnya bak permadani taman surga
Seindah hati kita, walau kita kan terpisah

reff 2x

Seindah hari ini, indahnya bak permadani taman surga
Seindah hati kita, walau kita kan terpisah

 
Biru: (tertawa)

Hijau: "Kok tertawa! kau menertawai suaraku yang cempreng ini ya!"

Biru: (tersenyum) "nggak kok"

Biru: "Aku akan sangat merindukan suaramu jika kita berpisah nantinya"

Hijau: (manyun)

Biru: "Maaf, bercanda kok"

Hijau: "Biruuu, jangan lupakan aku ya kalau nanti kita benar-benar berpisah"

Hijau: "Catat namaku dalam buku hatimu"

Hijau: "Jika nanti kita berpisah,
dan suatu saat ada yang menyebut namaku padamu,
aku ingin kau mengatakan padanya,
bahwa Hijau adalah salah satu sahabat baikku"

Biru: (tersenyum)

Biru: "Apa yang kau rasa, itu pulalah yang ku rasa"

Hijau: "Sebiru Hari Ini dan Sehijau Hari Kemarin"



^_^darisihijaubuatsibiru^_^


 
 


 
 
 

Jumat, 20 Januari 2012

::Tentang Hari Kemarin::

Hari yg lalu, 
langit bgtu trlihat cerah, 
ku smbut dgn senyum riang,  
aah! siang ini langit pasti akn cerah membiru, 
tak prlu ku bwa payung..
Tp, tiba2 gelap menghapus sang cerah, 
sdetik kmudian brganti kelabu nan suram, 
smenit kmudian rintik hujan mulai menyapa lembut..
Hujaaan..
Padahal, ku kira akn terang..
Hingga brganti hari pun, 
tetap saja mendung tergantung d ats langit sana..
Masih gerimis kecil tak brhenti..
Berkurung gelap, 
brteman gerimis, 
tak kunjung cerah..
Mulai sayu, 
kuyup, 
tak lg berani menebak langit akn cerah..

Andai kau tw, 
harapku kmrin bgtu besar..
Tp mendadak, 
kau bwt hujan sketika..
Tak hendak lg ku tatap langit, 
masih brkurung gerimis d ruang gelap ini..

Mungkin kau lupa ttg aku yg bgtu brharap pd langit, 
saat ku sangka langitku cerah, 
tp trnyta kau bwt mendung..
Mungkin, 
beberapa hr k dpn akn ttp mendung dan penuh gerimis..
Butuh wktu utk meyakinkn ttg langit esok yg cerah..



Hmm, harusnya kau biarkan aku tersenyum bersama langitku,
sungguh,
kini hanya terkulai lemas dalam ruang gelap ini,
harusnya kau paham,
ttg aku juga langitku.. 
 

Kamis, 19 Januari 2012

Ku Sebut ini, Cerita Tak Berjudul_

Aku berjalan gontai menyusuri tiap koridor kampus ini, makin sepi, makin bosan tiap kali bertatap pada pintu kelas yang tertutup.
Hanya Mas Tio saja yang ku lihat nampak asyik dengan pekerjaannya, yaitu membersihkan langit-langit atap dengan sapu panjangnya. Dengan wajah yang mengenakan masker (udah kayak ninja hatori aja) ia melihatku, lalu menghentikan sejenak pekerjaannya. Dibukanya masker wajahnya yang dibuatnya dari sapu tangan miliknya (ya iyalah.. masa iya sapu tangan gue!)
"Cari siapa neng?" tanyanya ramah.
"Pak Boim datang gak Mas?" malah ku jawab dengan pertanyaan.
"Udah lihat ke jurusan belum?" eh, Mas Tio-nya malah bertanya balik (ini kok dialognya malah saling tanya-tanya)
"Udah..." jawabku singkat.
"Ada gak Pak Boimnya?" oalah.... kok yah! Mas Tio sih yang malah bertanya.
"Gak ada" jawabku polos dengan wajah datar.
"Yah, itu artinya Pak Boim gak datang ke kampus hari ini" akhirnya Mas Tio menarik kesimpulan.
Aku hanya meresponnya dengan bibirku yang mendadak manyun :(
"Yoweslah Mas Tio, aku pulang dulu" ucapku tak bersemangat.
"Iya, hati-hati" balasnya dan kembali asyik dengan pekerjaanya lagi.

Kembali ku lanjutkan ke-gontai-anku dalam melangkah. Melewati mushola. Melewati gedung-gedung dari jurusan lain. Melewati Ruang baca dan berhenti sejenak di pelataran belakang gedung dekanat.
Menatap pias pada langit, aah... mendung, ternyata langit pun ikut berempati pada nasibku saat ini.
Ku tatap ponselku, telpon.. nggak, telpon.. nggak, telpon.. nggak, telpon.. nggak.
Mau telpon Pak Boim tapi takutnya setengah mati (aah! lebay)
Kalau saja ada yang jual pil keberanian, tentu akan aku beli lalu aku telan saat ini juga (walaupun sebenarnya aku juga takut untuk melenan pil atau obat atau ya... sejenis itulah.. lebih milih disuntik daripada harus nelan pil). Oh, harusnya jangan pil keberanian tapi di ganti saja jadi suntikan keberanian, yayaya.... (haaah! berkhayal saja!)

Mau SMS tapi sudah pasti gak dibales, soalnya aku sudah pernah melakukan hal itu, yah! alhasil smpe lebaran kucing nggak dibales sama beliau (haha...yang ini benaran bo'ong, gak segitunya kaleee.... tp, emang beneran gak d bales loh...!) huuuh :( nasiiib....

Sendirian, hanya berteman bayang diri.
nggak enak sekali kalau harus jalan sendirian, apalagi pas kayak gini, jadi bener-bener merasa menjadi manusia yang tak berteman di dunia ini :'( hiks....
Mau minta temenin, tapi orang-orang pada punya kesibukan masing-masing. Alhasil harus bisa mandiri (mandi sendiri, ya iyalah... mandi sendiri)
Hhmm.... sudahlah... udah tua kali, masa masih minta di temenin :'( *tapi emang lebih enak klo di temenin...

Pulang.
Melangkah pelan menuju terminal kampus.
Bisnya masih nunggu belum jalan soalnya belum penuh. Ku pilih untuk duduk di depan sekali dekat pak sopir, agak pojok deket jendela biar angin sepoi-sepoinya dapat membuat sedikit sejuk hatiku nanti (haaah! apa lu kata angin sepoi-sepoi, yang ada debu sepoi-sepoi kali.... haha... aku lupa kalau sepanjang jalan pulang ini yang kurang lebih satu jam ini akan kita lalui bersama dengan debu-debu yang begitu ramah :D *nyengir)

Menit demi menit menanti mahasiswa lain, ayoooo....cepatlah penuh agar cepat berjalan nih bis... mau cepet smpe rumah ni... takut keburu hujan, jemuran belum di angkat -_-" hmm, yang selalu di khawatirkan ketika aku di luar rumah dan langit tiba-tiba mendung, yaitu tak lain dan tak bukan adalah jemuran! (habisnya, my mom lagi gak ada di rumah, alhasil yang bertugas ngangkatin jemuran yah aku ini...)
Akhirnya, penuh. Tapi, aku mendadak murung, habisnya yang menjadi teman dudukku di bis ini adalah seorang laki-laki (perjalanan yang kurang lebih satu jam ini akan terasa satu hari jika berteman duduk dengan laki-laki). Paling males.
Rada trauma juga sih... soalnya waktu semester-semester awal dulu, waktu masih lugu-lugunya. Pernah dapet tempat duduk yang sama cowok. Yah, tau sendirilah, perjalanan ke kampusku ini memakan waktu kurang lebih SATU JAM, nah selama satu jam itu, ada saja yang di lakukan oleh mahasiswa-mahasiswi, mulai dari bengong-bengong gak jelas,  baca buku, dengerin mp3 di hape-nya, nah yang gak punya buku atau hape biasanya akan melakukan hal-hal yang mengkhawatirkan di bawah ini:
1. ngajakin ngobrol (yah, gak jadi masalah sih klo yang ngajakin ngobrol itu cewek, lah klo cowok, ujung-ujungnya di khwatirkan akan minta nomor hape, ya...masa iya kita bilang kita gak punya hape *Ge-eR, padahal seumur-umur naek bis kampus gak ada tuh yang ngajakin kenalan en minta nomer hape apalgi minta nomer sepatu :D hahaaa....)
2. TIDUR. nah yang ini nih yang paling super duper sangat mengkhawatirkan (loh, emang ada yang salah sama tidur di bis?) Yah, gak ada masalah sih... tapi, yang jadi masalah itu klo tuh yang tidur pke acara  kepalanya miring kanan atw miring kiri... Nah, klo yang tidur tuh cewek gak masalah, lah klo cowok! enak aja tidur di bahu gue!!! ogaaaaahhhhh....... *sebenarnya pernah sih punya pengalaman seperti ini, sempat beberapa kali malah >.<" klo udah kayak gini, aku selalu berdoa "ya Allah, buatlah bis ini nge-rem mendadak... atau tiba-tiba ni bis kejedot polisi tidur" supaya ni orang bangun. (hmm, udah aaah! males ngebayangin kisah suram itu....)

Ku isi waktu perjalananku ini dengan baca buku, beberapa bulan belakangan ini lagi suka-sukanya baca buku. Padahal dulu, paling males baca buku, baca buku klo pas mau tidur aja... ya, sebagai pengantar tidur, soalnya paling ampuh dah buat mendatangkan rasa kantuk, belum juga satu halaman habis terbaca mata secara ajaib akan segera mengatup rapat. (silahkan dicoba)
Ku lirik laki-laki disebelahku ini sepertinya dari gayanya sudah dapat ku baca ni mahasiswa pasti masih angkatan muda soalnya wajahnya masih anak-anak gitu deh...
Dia gak melakukan apa-apa, hanya bengong-bengong gak jelas. Beberapa menit kemudian dia mulai menguap. Nah, tanda-tanda ni... harus siap-siaga. Ternyta benar, matanya mulai meredup dan akhirnya tertidur. Pertengahan perjalanan, mulai tampak tanda-tanda akan kepalanya akan miring ke kiri ke arahku, ooh, Tuhan... aku hanya dapat berdoa, doaku masih sama "ya Allah, buatlah bis ini nge-rem mendadak... atau tiba-tiba ni bis kejedot polisi tidur" *aamiin.
Tapi, syukur alhmdulillah.... hal yang di khawatirkan tidak terjadi, karena dia begitu lihai mengatur keseimbangan kepalanya ketika tidur :D heheee....

Sesampainya, aku masih harus melanjutkan naik angkot lagi. Yah, kurang lebih 30 menit untuk sampai ke rumahku. Inilah nasib pengguna kendaraan umum, sempat sih di tawarin mau di beliin motor, tapi aku tolak... ya....habisnya aku gak bisa naik motor sih :D kan percuma.

Mau cerita apa lagi ya...
Gak jelas ni.... mau dibawa kemana ni cerita.
Yoweslah, maaf sudah mengganggu waktu kalian untuk sekedar membaca cerita yang tak penting ini.
aku sudahi saja sampai di sini.
semoga lain waktu aku dapat menulis cerita yang jauh lebih penting dari sekedar cerita yang gak penting ini (hahaha.... sadar diri rupanya)
sangat ingin sekali jadi penulis, setiap kali ke toko buku, aku selalu berujar dalam hati, "suatu saat nanti, buku saya juga akan ada di deretan pajangan toko buku ini" *aaamiiin. (bantu doa ya :) nanti kalo beneran buku aku di terbitin aku kasih tandatangan gratis deh.... :D hahhaa....) *gak penting.

Rabu, 11 Januari 2012

Malu, Memintanya padaNYA


Anggap ini kesedihan yang tertunda_
Saat mendung tak terlukis_
Saat rintik tak menetes_

Biarkan diam menjadi tanya dalam hati_

Tersadar, bahkan sangat-sangat sadar_
Bahwa bukan hakku untuk memiliki rasa  ini_

Mencemburuimu pun itu bukan kewajibanku_

Mengapa harus merasa kehilangan, jika jelas-jelas tidak memiliki_

Malu, setidaknya aku masih punya malu_

Malu pada Sang Rabb_
Malu untuk mengakui kalau aku mulai memiliki rasa padanya_
Malu untuk bercermin, menatap diri yang kini mulai diperbudak rasa_
Malu, malu sekali kala dalam sholat pun masih terlintas bayangnya_
Malu saat ternyata harus menangis bukan karenaNYA tapi karenanya_
Malu saat harus menyebut namanya dihadapanNYA_

Pada Sang Pemilik Hati, sungguh sadar diri ini akan kehinaan ini_
Tak pantas rasanya berharap, menyebut namanya dihadapanNYA_

Bukankah diri hanya manusia yang tidak mengetahui apa-apa_
Lalu mengapa begitu yakin memintanya padaNYA untuk diri_

Tidak_
Aku tak cukup berani untuk menyebut namanya padaNYA_
Karena aku MALU_
Malu jikalau ternyata aku bukan pasangan tulang rusuknya yang hilang_
Malu jikalau ternyata aku bukan nama yang dituliskan untuknya_

Jumat, 30 Desember 2011

"Kapaaaan....?"

Desember...
Kan beranjak pergi bersama 2011.

Berganti, itu pasti.

Menuju Januari, 2012..

Ada harap yang tertunda,
Mungkin, terealisasi Januari *mencoba tuk tersenyum*

"Allah takkan membuatmu sedih, teman" itu pesan sahabatku.

"Janji Allah itu PASTI!" itu yang ku dapat dari terjemahan Al.Quran dan aku meyakininya.

"Berbaik sangkalah pada Allah karena Allah seperti apa yang engkau sangkakan" itu salah satu tausiyah di inbox hape-ku.

"Semua telah tercatat d Lauh Mahfuzh, juga tentang kapan kita tamat" itu pesan sms dari temanku.

"Satu yang dapat mengubah takdir, yaitu DOA" itu kesimpulan salah satu hadist yang ku suka dan membuatku tenang dalam doa panjangku.

Apapun itu...
Ku coba untuk tenang \(^_^)/

Ketika di tanya, "Kaapaaaaaaaaaaaan............???"
Maka, cukuplah DIAM yang menjadi senjata utama yang paling ampuh saat ini. Yah! dengan diam, setidaknya mereka tidak melanjutkan untuk ke pertanyaan selanjutnya.

Kalau dulu, kalau di tanya "Kapan, Wisuda?"
Aku masih bisa kasih jawaban DIAM + SENYUM ^__^

Tapi klo sekarang, jawabannya DIAM + :( + Berlalu masuk kamar = (.-_-.)

(menghela nafas panjaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaang)

*NB: jika bertemu denganku, dimana pun, tolong jangan tanyakan, "Kapaaaan?" tapi cukup ucapkan, "Semoga sgla urusanmu d permudah ya..." :)

Minggu, 11 Desember 2011

I just wanna write :D

Terbekukan dalam suhu dingin yang mendingin_
Tetap nikmati hembusan sejuk d sekitar dalam jiwa_
Berdetak-detak jantung bertanya_
Adakah rasa kini yang membeku_

Sakit menyentuh d ujung hati, pelan berujar, "kau buat aku kembali cemburu"_

Diantara daging dan darah yang menyatu padu memerah, terekat kuat pada kulit, harusnya kau jadi tulang yg menguatkan_

Setialah seperti kaki, yang takkan pernah meninggalkan pasangan kaki satunya_
Tentulah kan trlihat pincang, jika salah satu kaki tiada_

Pedulilah seperti mata, ketika ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka..mata-lah yg pertama skali peduli dgn caranya, yaitu menjatuhkan air mata_

Kembali pelan huruf terangkai menjadi sbuah kata R.I.N.D.U_

Waktu ku benci, hilang kau terenggut senja_
Belum sempat menyapa pada pagi, siang menyinar mlupakan ku pada senja_
Malam tiba penuh menaburkan layar hitam yang menggelapkan_
Terlepas dari poros mata, bayang mu lenyap, terendap malam_
Sang bintang pun enggan berbisik tau_
Si bulan berlalu meninggi menuju atap langit teratas, tak hendak menerima kata tanya_

Dalam lamunan panjang mimpi ku lepas_
Ku urai cerita yg tak berkelas_
Namun, kau baca stengah nafas_
Lalu berlalu pergi terbangkan ceritaku, hingga huruf-hurufnya jatuh terhempas_

Kini ku pamit melepas 'goodbye' mlambaikan gerak jemariku_
Sampai d sini, cukup, tak ingin ku tnggu lagi punggungmu berbalik_
Saatnya menaiki kencana berkuda yg tlah menanti untkku berkelana bersamanya_

dan sampai d sini, ku akhriku catatan ini_
Tak perlu berkerut kening menebak makna d blik bris kalimat ini_
Karena ini hanya rangkaian kata biasa_
Mencoba melatih pikir tuk merangkai kata_

Bermain dgn kata itu menyenangkan_
Tak perlu menggunakan kata marah utk menunjukan kita sedang marah_
Pun, tak perlu kata sedih tuk mengungkap makna sedih_
Dari kata juga kita mampu miliki rahasia hati_

Pesanku satu, "apa yang kau pikir tentang tulisan ini, tidak seperti apa yang d maksudkan oleh penulis"


^_^ I wanna be writer.. I wanna be painter.. He :D

Jumat, 02 Desember 2011

Bukan Apa-apa :p

Penuh harap saat sang jasad telah berwujud bayang_
Samar manatapnya dari balik jendela rindu yang berkawat_
Embun pagi menempel sendu di permukaan kaca, dingin, coba tuk kaburkan pandangan mata_
Makin menjauh dan berlalu_
sedang aku di sini hanya diam membeku_
Tak ada yang salah_
Benar, sungguh!
Tak ada yang salah_
Hanya sebuah rasa yang masih tersimpan rapi yang tak jua terungkap kata_

Pelan waktu berlalu_
Masih saja tertinggal episode rasa terpendam_

Berlalu, ku harap ini segera berlalu_

Hingga waktu menyatukan pandang_
Sang bayang hadir lengkap bersama jasad_
Berlutut pelan dan berujar, "do you want marry with me..."
dan, setangkai mawar menjadi saksi atas sebuah permintaan_
Dengan iringan nyanyian senja yang gerimis_
Gerimis dari balik langit mataku yang mendadak mendung_

Aaah! ini hanya sepotong cerita khayal dari imajinasiku_
Bukanlah nyata hanya sebuah potongan skenario dalam film yang ku tonton tadi_

Mari kembali pada waktu yang nyata_
Saatnya patuh pada suara keras yang menuntutku untuk cepat selesai_
hhmmm.....
(_ _,)

Sabtu, 26 November 2011

Tentang Hujan_


Aku ingin melukis hujan_

Ingin ku abadikan setiap tetes beningnya yang terjatuh_

Saat dulu ku mulai khawatir tiap kali langit menghitam, mendung, angin kencang berhembus_
Kini ku mulai menyukainya_

Cantik sekali, dan aku mulai menyukai hujan_
Mulai menyukai nyanyian sendunya_
Mulai berempati pada gemuruhnya_
Mulai memahami makna dinginnya_

Mereka berkata tentang hujan, "Saat tersapa luka
dan begitu ingin melepaskannya,
selalu ingin berada diantara hujan
agar tangisnya samar tak terdengar,
seperti tak ingin orang lain tahu
agar sakitnya teredam dan pergi
bersama hujan yang mengantarkan doanya
pada sang maha pencipta"
dan aku suka kata mereka tentang hujan.

Mereka juga berkata tentang hujan, "I Like walk on rain, couse no body see if I crying sad and tearst." dan aku pun menyukai kata mereka.

Menari di antara rintik hujan pun menyenangkan :)
Ada kesejukan yang kan menyapa_
Rintik airnya kan mengapus segala duka dan sedihmu_

hmm... hujan, ingatkan ku pada satu kisah.. saatku mulai berani bermain bersamamu, menyentuh jasad dinginmu, dan kita menari bersama_

Jumat, 12 Agustus 2011

-Pada Rasa yang Kini Hadir-

sedih... pengen nangis...
berjuta rasa kini hadir bertamu di ruang hati_
tak ada persiapan, hanya dapat membiarkannya begitu saja_
silahkan yang mau tinggal lama, atau hanya sekedar ingin mampir_

aku tak minta ini sebelumnya pada-Mu ya Rabb...
lalu, mengapa Kau biarkan berbagai rasa ini menyapaku_
ambillah kembali, ku mohon :'(

mendiamkannya atau berpura-pura tidak tau, ini sungguh menyakitkan_
makin hari, makin ramai rasa ini menyentuh_
aku tidak suka dengan ketidakpastian_
jika rasa yang hadir ini bukan untukku, ku mohon ambillah lagi ya Rabb_
kembalikan padaku lagi, jika memang rasa itu milikku_
karena ku tak ingin menyianyiakan hatiku pada kekecewaan_

Rabu, 29 Juni 2011

[Ku Rasa Hujan di Akhir Juni]

Sendiri melangkah, di jalanan yang dulu ramai dengan canda ceritamu. Sepi mendadak kala waktu perlahan mengambilmu dari sisiku. Aku tak berkata, juga tak berontak melawannya, hanya diam, lalu perlahan.. ku lepas genggaman jemarimu. Ada rasa perih yang cukup menyakitkan dan membuatku sakit, hingga harus ku lampiaskan rasa kesalku dengan pecahan kaca kristal bening yang ku punya.
Perlahan, aku sendiri, membiasakan semuanya sendiri. Menyadarkan diri, bahwa hiduplah sendiri dengan kakimu. Benar, aku tak berhak atas jasadmu teman, tak berhak jika harus menuntutmu untuk selalu ada di sisiku, karena esok kita kan punya hidup masing-masing.
---

Juniku mendung, 
Tak ada bentangan biru di atas langit sana.
Perlahan ku tatap tajam mendung yang menghitam,
Lalu, satu demi satu perlahan butir bening itu pun menyentuh wajahku,
Aaah! Mengapa, harus butir bening dari langit yang lebih dulu menyapa aku, sebelum sempat aku meneteskan butir bening dari langit hatiku sendiri.
Juniku kan pergi,
Dan aku belum berhasil mendatangkan biru yang ceria.
Juga belum mampu menghadiahkan senyum.
Kini Juli punhen dak hadir..
Aku belum siap berjumpa denganmu Juli..  
 

Senin, 27 Juni 2011

..a.k.u.p.e.r.g.i..


Aku pergi...
Karena ku ingin kau menyadari akan hilangnya aku_

Aku pergi...
Karena ku ingin kau merindukan aku_
  
Aku pergi...
Karena ku ingin kau mencari aku_

Walau ku tau, butuh waktu untuk membuatmu sadar kalau aku telah pergi_
Mungkin, ketika matahari telah berganti bulan, pagi telah berganti malam, panas telah berganti hujan, hari telah berganti bulan, tahun.. 
baru kau sadar aku telah pergi_

Aku pergi...
Sengaja tak pamit denganmu_
Sengaja tak tinggalkan pesan_
Sengaja tak mengucapkan 'selamat tinggal'_
Sengaja tak melambaikan tanganku dari kejauhan_

Karena ku ingin, kau menyadari arti hadirku yang dulu_

Adakah, resah yang kan hadir padamu_
Adakah, tanya yang kini memenuhi ruang pikirmu_
Adakah, rindu yang menumpuk di hatimu_
Adakah, takut yang kini mengusik hidupmu_
Adakah, bingung yang menemani di setiap langkahmu_
Adakah, kau kehilangan aku kini?_

Aku pergi...
Karena aku ingin, kau mencariku_ 
 
 

Rabu, 15 Juni 2011


Aku benci akan kesibukanmu_
Hilang waktumu_
Hilang tanyamu_
Hilang kebersamaan_

Aku cemburu dengan kesibukanmu_

Berusaha tuk bungkam, tentang rasa kehilangan ini_
Saat katamu "afwan raa, dk bs nemenin". kau tau! kalimatmu itu mengubah mood cerahku mennjadi mendung_
Tapi aku diam, dan hanya menjawab "iya, dak papa". kau tau! saat itu hampir hujan yang ku rasa di wajahku_
Hhmm, aku sadar, aku terlalu gengsi untuk menyatakan bahwa aku kehilangan sahabatku yang dulu_
Kehilangan waktumu untukku_

Kau tau! aku sangat sulit tuk mengakui ini_
Kalau aku kehilanganmu_
Kehilangan waktumu_
Kehilangan tanyamu_
Kehilangan perhatianmu_
Kehilangan ceritamu_
Kehilangan ceriamu_
Kehilangan senyummu_

Setiap kali waktu mengasihaniku, mempertemukan kita_
Aku berusaha bersikap biasa_
Aku berusaha tetap mampu berjalan_
Dan kau bilang "raa sudah berubah sekarang, sudah jauh lebih dewasa". kau tau! saat itu aku sedang menyembunyikan mendungku, agar rintik ini tak membasahi wajahku, karena aku terlalu gengsi untuk memperlihatkan kelemahanku dihadapanmu_

Kau, tak lagi sama seperti yang dulu_
Tak lagi sanggup tuk penuhi setiap inginku_
Tak selalu ada dalam cerita sendiriku_ 
Aku cemburu dengan kesibukanmu_

Hhmm_
Maaf, aku benci akan kesibukanmu_
.-_-. 
 

Jumat, 10 Juni 2011

Aah! Entahlah... *hanya ingin menulis saja*

Akhirnya...
Di perbatasan antara senja menjemput malam,
kau pergi tanpa pamit,
melepas genggaman jemariku, saat mimpi tengah memelukku,
aku tau, kau tak ingin mengusikku,
saat ku terjaga,
ku tau,
kau tlah hilang,
ada perih yang tiba-tiba membuatku hampir meringis,
tapi, tenanglah, ini tak membuat aku terluka,

kembali,
pada malam aku bercerita,
pada irama sunyi waktu, aku bersenandung,
lagi, aku tersenyum atas skenarioMu,
entah esok,
dialog apa yang harus ku ucapkan,
adegan apa yang harus ku mainkan,
pada tokoh mana lagi, harus ku temui,

berharap esok, tak ku temui,
cukup sampaikan aku pada malam saja,
aku tak cukup berani untuk berjumpa pada pagi.

Rabu, 09 Maret 2011

Cinta Ini...

Ingin ku lukis cinta d ats badan kanvas putih ini, namun trtegun lama aq d bwtnya, bingung, saat kuas q hrus memilih warna yg pas utk cinta ini...

Hmm., mungkin jk cinta hrus q lukis itu trlalu sulit, biar aq gambar saja. Q tukar kuas q dngn pensil brmata tajam... Mulai q g0reskan satu garis, 'aah, bukan seperti ini!', trhapus, q g0res lg, lalu q hapus lg... Aaah, bgtu sulitkah menggambarkn cinta ini...

Baik!
Biar q tulis saja, q tukar kanvas q dngn selembar kertas putih bergaris rapi. Q cari2 kata yg pas, satu demi satu kata q rangkaikn dgn pasti, tapi... 'hmm, bukan seperti ini yg q ingin', q remuk krtas pertama, q r0bek krtas kedua, q c0ret krtas ketiga. Tak ad kah kata2 yg pas, yg dpt q tuliskn utk cinta ini...

0ke, jika tak bs q lukis, juga tak mampu q gambar, dan tak sanggup q tulis cinta ini. Biar aq katakan lngsung, biar q ungkpkan dgn bibir ini, biar q sampaikn dgn suara ini.
Namun, kala q d hadapkn pd cinta, aq diam membeku, barisan kalimat yg tlah q persiapkn, hendak q ucap, kini hilang trhapus tiupan angin, hnya tinggal kdiaman. Bginikah rasa ny saat khadiran cinta menyapa. Tak mampu berujar pd cinta ini...

Ternyta aq trlalu s0mb0ng, kalah aq d hadapn cinta ini. Hmm, ^_^ q putuskn biar q simpan baik2 cinta ini,. Tak perlu q lukis, atw pun q gambar, tak perlu pula q tulis atw q ungkap. Biar q simpan d k0tak hati, cukup aq, hatiku, dan Tuhanku Allah yg tau ttg cinta ini...

Hingga nanti, bila waktu itu akan menghampiriku, kan ungkapkan semua tentang cinta ini... :)

Kamis, 03 Maret 2011

Hilang

Berharap bertatap pada bayangmu,
Namun gelap, berhasil menghilangkanmu dari pandangku,
Gelap sekali, dan aku tersungkur lemah d bawah kerikil tajam yang menghujam,
Ngilu sekali rasanya, tertahan... sulit untuk bangkit,
Menggapai-gapai dalam kekosongan,
Kembali_aku kehilangan bayangmu.....!

Gerimis ini menambah perih lukaku akibat kerikil-kerikil kecil yang tak sopan,
Masih tertahan d sini,
Masih, tak mampu bangkit,
Lemah sudah,
Payah sudah,
Semua terasa berat dan sulit dalam warna hitam ini,
Benar-benar hitam yang tak terlihat,
Dan tampaknya kau benar-benar telah hilang bayang...

Jemput aku, jika kau telah berwujud jasad....


*(3) _030311_17:22

Kamis, 10 Februari 2011

Masih bersambung_ *Fiktif*

----


Hmm…. Andai saja, sbuah kata tak hrus menjadi patokan utama dalam menyatakan mksud hati… tentu aku tak mesti berfikir sesulit ini dalam mencari kata2 yg tepat utk aku hadiahkan kpd mu… tentang rasa, tentang apa yang tersimpan d tumpukan fikiran ini. Bukan seprti apa yang kau fikir sekarang, bukan pula seperti apa yang mereka fikir sekarng. Ini hanya sebuah rasa yang Tuhan persembahkan untuk setiap insan hamba-hambaNya. Dan rasa itu kini yang ingin selalu ku peluk.

Walau lelah kaki melangkah, mencari bayang yang kini hilang. Namun, tatap mata ini masih awas mencari setiap jejak langkah yang tertinggal. Entah d mana kau bersembunyi, d balik pekatnya malamkah? atau d rimbunnya pohon hijau yang sedang bergoyang... atau d tindihan air laut yang membiru luas... atau mungkin kau sebenarny tak k mn2, kau ad d belakang bayangku sendiri, hingga ku sulit menangkapmu.

Ingin berteriak keras, menangis sejadi-jadinya, bahkan meraung dengan buas! Agar kau tau betapa aku kesal dengan diriku yang tak kunjung menemukan bayangmu...

Mulai tersapa mata oleh kaca2 bening yang akhir ny pecah berantakan menghiasi bola hitam itu.
Lama bersembunyi d balik kesepuluh jari2 lentiknya. Malu2 tapi pasti, aliran tetes bening itu mulai tampak. Lalu, terjatuh bersama kehancuran kisah yang harus terhapus karena keterpaksaan hidup.

Kau tau duhai bayang, aku tak ingin  menyerah!!!


*(3) _110211_11:24

Jumat, 28 Januari 2011

*HanyaInginMenulisFiktif*

----------------------------------------------------


Masih saja berdiam diri d bangku panjang yang semakin rapuh ini, menatap kosong ke arah jarum jam. Entah, masihkah aku yang kau nanti seperti aku yang menantimu...
Aku bukan orang yang bodoh seperti apa yang orang-orang itu teriakan ke telingaku. Aku hanya ingin percaya. Bukan aku yang bodoh kan??? Terlalu salahkah aku jika hingga bangku panjang ini yang telah semakin rapuh tetap aku duduki hingga ia patah karena aku yang tetap saja mendudukinya guna menantimu...
Bayangmu pun tak kunjung mendekat. Dan orang-orang itu semakin ramai meneriakiku, takkah kau kasihan padaku, takkah kau ingin memelukku, menenangkanku, lalu berbisik "aku akan segera datang menjemput" tidakkah kau ingin menghiburku dengan kata-kata itu...
Masih saja terduduk d bangku panjang rapuh yang telah patah, dan aku masih saja tetap mendudukinya. Seperti kata mu yang lalu "Tunggulah aku d sini, dan aku akan segera datang untuk menjemputmu... duduklah, agar tidak terlalu lelah dalam menantiku"
Mana kau sekarang...
Kau taukah, aku telah mematahkan bangku panjang ini, aku ingin kau membuatkannya lagi untukku, agar aku dapat mendudukinya dengan nyaman...
Kau k mana....
Aku tak ingin bernasib sama dengan bangku panjang ini. Patah karena kerapuhannya yang tak kuat lagi menahan beban yang terlalu lama. Aku tak ingin bernasib seperti itu...

*2

_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _
******************************************