Minggu, 05 Desember 2010

Penumpang dalam Dakwah

281110_15:12
*Referensi dari Majalah Al-Izzah (Edisi 12/280205)

Tak sengaja mata membaca judul besar dari sebuah Majalah Al-Izzah “Saat Dakwah Tidak Berkah”. Majalah lama peninggalan dari ayuk,. Pas di baca berulang-ulang, menarik nih isinya… mengupas banyak masalah aktivis yang benar-benar aktivis atw aktivis yang ucak-ucak aja… hehe… bisa jadi bahan renungan n koreksi buat diri pribadi dan kita semua yang masih berkecimpung di wilayah dakwah….
Yuuuuk….. sama-sama kita simak :D
…..
 “Dakwah kehilangan berkah kala kehilangan nilai-nilai syar’i”
…berniat menjadi da’i namun enggan berperang. Bermimpi menjadi pahlawan namun malas berkorban. Menjadi penyeru kebenaran tapi tidak menyatu dalam perbuatan. Sekedar pemanis bibir mirip polesan gincu yang mempesona…
….
“Dakwah berkah karena diusung dengan keikhlasan dan totalitas yang jujur. Dakwah berkah krena kesesuaian perkataan dan perbuatan. Dakwah berkah karena da’inya amanah. Dan dakwah berkah karena kita senang dan bahagia berputar dengannya”
….
Masih Adakah “Penumpang Gelap” dalam Perjalanan Dakwah Saat Ini…???
“Layaknya sebuah perjalanan kereta dengan gerbong yang besar dan panjang. Mungkin isinya tidak sekedar penumpang kelas satu. Bisa jadi akan ada penumpang tanpa karcis, mereka yang sekedar menumpang, pedagang asongan, pengemis, bahkan pencopet.”
Awal aku mengikuti perjalanan ini mungkin sama dengan mu, dia, atau mereka. Saat masih berseragam putih abu2, berteman dekat dengan orang2 yang ku sebut mereka komunitas “jilbaber” dan para cowoknya dengan “jenggoters”ny :D yaaa…ini merupakan awal bagi ku menjadi penumpang di perjalanan dakwah… insyaAllah hingga saat ini… dan entah sampai kapan perjalanan ini akan berakhir. Tapi, kalimat ini menguatkan aku,.
Imam Ahmad pernah dtanya: “kapan orang mukmin dapat beristirahat?” dan beliau menjawab “ketika pertama kali dia meletakkan kakinya di surga”
Kembali ke “penumpang gelap” tadi… Tabiat perjalanan mengisyratkan kepada kita bahwa ada berbagai jenis manusia yang menyikapi perjalanan. Ada mereka yang yakin akan sampai pada tujuan sehingga mampu bersabar. Ada mereka yang keyakinannya kecil tapi masih setia untuk tetap mengikuti perjalanan. Ada mereka yang tidak tahu mau kemana perjalanan ini, yang penting ikut saja. Ada pula mereka yang tetap di dalam tetapi mulai iseng, tidak mengikuti aturan.
Dan kesemua itu tentulah akan kita temui dalam perjalanan panjang dakwah ini… mungkin mereka itu teman kita, mungkin juga mereka itu sahabat dekat kita, mungkin… mereka itu qiyadah kita, atau mungkin… mereka yang disebutkan di atas itu adalah diri kita sendiri… nah loooh!. >.<  hmmm….

Kok bisa sih ada istilah “Penumpang Gelap”???
Begitulah,. Saat peluit perjalanan dibunyikan. Kereta dakwah melaju dengan gerbong-gerbong besar dan panjang. Didalamnya boleh jadi kita menemukan berbagai jenis penumpang. Bagi mereka yang menjadi pelopor keberangkatan, meraka para sabiqunal awalun, mereka adalah penumpang kelas satu. Mereka yang pertama kali mengajak orang untuk bergabung kepada perjalanan dakwah maka tidak ada balasan kecuali keridha’an Allah dan keindahan surgaNya. Begitu pun mereka yang menjadi pengikut setia di belakang para sabiqunal awalun tadi. Mereka adalah penumpang kereta dakwah yang baik. Dan mereka mendapatkan bagian yang sama dengan apa yang di dapat orang-orang sebelum mereka.
Firman Allah SWT: “dan sabiqunal awalun di antara orang-orang muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik. Allah Ridho kepada mereka dan mereka pun ridho kepada Allah. Dan Allah menyediakan bagi mereka surge-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.” (*Qs: At.Taubah:100)
Nah, selain dari sabiqunal awalun dan pengikut setianya. Ada pula para “penumpang gelap” di perjalanan dakwah. Mereka ikut dalam perjalanan dakwah, mereka ada di gerbong-gerbong besar dan panjang ini. Tapi, mereka bukanlah penempuh perjalanan sejati. Setidaknya ada beberapa karakter mereka yang bisa kita waspadai.
*Pertama: Al-Qai’diin. Mereka yang duduk-duduk saja dan orang-orang yang bersamanya. Kalimat  Al-Qai’diin disini diambil dari ayat Allah dalam surah At-Taubah: “…berimanlah kamu kepada Allah dan berjihadlah berserta rasulNya. Niscaya orang-orang yang sanggup diantara mereka meminta izin kepadamu (untuk tidak berjihad) dan mereka berkata: biarkan kami bersama orang-orang yang duduk.” Mereka inilah yang hanya mementingkan “status” dakwah sebagai tameng seolah-olah mereka adalah orang alim lagi shalih. Jasad mereka sebenarnya mampu tuk menanggug beban dakwah tersebut, namun batin mereka terlalu kerdil dengan berbagai ragam alasan yang tentunya ketika kita mencari alasan maka akan ada 1000 lebih alasan yang akan menjadikan alasan itu benar di benak kita untuk diutarakan. Hmm…mungkin ini pernah kita lakukan. Mungkin… *tanya hati…
*Kedua: Mencampur adukkan antara amal shalih dengan keburukan. Inilah kelompok penumpang yang jatuh pada percampuran berbahaya. Salah satu kakinya menapak pada bumi dakwah, sedangkan kakinya yang lain menginjak pada hal-hal yang berbau maksiat, cita-cita duniawi dan impian panjang. Merekalah orang-orang yang belum memurnikan langkah. Mereka hadir dalam tarbiyah dan menjadi bagian dari pembinaan. Namun, mereka justru lebih banyak melelahkan para murobbi dan membebani dengan beban yang berat.
Firman Allah SWT: “dan (ada pula) orang-orang yang mengakui dosa mereka, mencampurbaurkan amal shaih dengan amal buruk. Mudah2an Allah menerima taubat mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (*Qs: At-Taubah:102)
Ini hanya sebagian kecil yang d dapat dari bacaan majalah al-izzah… niatnya hanya untuk saling berbagi dan mengingatkan… jauh di luar sana, dalam perjalanan dakwah kita tentunya telah kita ketahui lebih banyak lagi karekter dari si penumpang-penumpang dakwah… entah mo d sebut sebagai “penumpang gelap” atau “penumpang terang”… J
……
“Salah satu ciri khas Bani Israil adalah melanggar kesepakatan, mengkhianati janji, tidak mau taat, lari dari kewajiban, kalimat yang tidak bisa di pegang dan berpaling dari kebenaran yang nyata. Akan tetapi karakter ini juga merupakan tabiat setiap jamaah yang belum matang pendidikan imannya, ia adalah tabiat umat manusia pada umumnya. Tidak ada yang bisa mengubahnya kecuali Tarbiyah Imaniyah…”
………..
Wallahu a’alam…

2 komentar: