Sabtu, 02 Juli 2011

Ketika Ana sedang Jatuh Cinta...


"Ku rasa, aku sedang jatuh cinta" ucap ana tiba-tiba, di obrolan ringan kami sehabis makan siang.
"Haaaaah!! gak salah denger nih? jatuh cinta sama siapa ukhtiku sayang..." tanyaku kaget dan langsung menatap wajah datarnya yang masih menyeruput sisa es jeruk miliknya.
"Ya, jatuh cinta sama orang lah... masa' iya jatuh cinta sama kucing" jawabnya lepas sambil nyengir lebar.
"Haaduuuh, itu mah aku juga tau.. maksudku itu siapa toh orangnya? ikhwan yaaa....?? aku kenal gak??? anak kampus kita ini yaa????" ku hujani ia dengan serentetan pertanyaanku.
"Hhhmmm...." tapi, hanya helaan nafas panjangnya yang menjadi jawaban atas pertanyaanku tadi.
 "iiiiiihh, ayoooo ceritaaaaa......." bujukku cepat sambil menarik-narik tangannya (gaya anak kecil yang sedang merengek pada ibunya tuk minta dibeliin balon).
"Jangan disini aah, kita cari tempat lain. Tuh liat, mbak penjaga kantinnya dari tadi dah ngeliatin kita terus, dah lebih 1 jam kita di sini, belum pergi-pergi juga" bisiknya pelan padaku.
"Oke, kita cari tempat di belakang dekanat aja ya, tempat biasa kita suka ngedate, hehe" ucapku, dan kami pun berlalu.
----------

"Rasanya sangat sakit, ketika kita harus menyimpan rasa ini sendiri, terlalu banyak bisikan syaitan yang menggoda" ucap ana lepas. Ku lihat raut wajahnya yang datar, benar-benar tanpa ekspresi. "Aku tidak meminta ini sebelumnya pada Allah, aku belum ingin jika harus dihadiahkan sebuah rasa yang kini tengah berbunga dihatiku, aku hanya ingin jatuh cinta pada suamiku, tidak pada orang yang belum pasti seperti ini" ucapnya lagi, masih dengan raut wajah datarnya.
"Apa lagi yang ingin kau katakan ukhti, ucapkanlah.. supaya 'plong' nantinya, aku akan mendengarkannya, dan jika kau ingin meminta saranku, aku akan berikan saranku nanti" ujarku pelan sambil mengamit lengannya dan tersenyum.
"Aku tidak suka dengan aku yang sekarang, kenapa aku tidak bisa bersikap tegas atas diriku sendiri, kenapa harus masalah yang seperti ini lagi yang harus aku hadapi" lirih kata-katanya terdengar dan dia mulai menunduk pelan.
"Aku malu, malu pada jilbab panjangku ini, karena ternyata... hatiku, belum sepenuhnya berjilbab" ku lihat kini raut wajahnya mulai mendung.
"Ingin sekali menghilang..." terhenti sejenak kata-katanya. Aah! ukhtiku sayang kini tengah menangis, sedih sekali melihatnya menangis seperti ini. Ku ambil sapu tanganku yang memang selalu tersedia di tasku, ku hapus pelan air matanya.
"Menangislah.... agar air matamu itu dapat mendinginkan hatimu yang kini tengah bergejolak tak pasti" ucapku pelan.
"Ukhti... jatuh cinta itu anugerah yang teramat indah yang Allah berikan pada kita. Jika kini Allah sedang menguji Ana dengan rasa cinta pada lawan jenis, maka Ana harus buktikan kalau Ana pasti bisa menyelesaikan ujian ini dengan baik. Setiap insan manusia yang normal, pasti akan pernah merasakan rasa jatuh cinta seperti ukhti, aku juga gitu dulu... tapi, aku bisa melewatinya" jelasku sambil menatapnya dengan kesungguhan.
"Dulu, waktu awal-awal kuliah, Allah juga mengujiku dengan ujian jatuh cinta seperti ini. Allah titipkan rasa ini padaku, bersikap tegas terhadap diri sendiri itu memang sulit. Tapi, harus yakin kita bisa, nikmati setiap rasa yang telah Allah titipkan pada kita, tidak hanya rasa sayang, rasa cinta, atau rasa rindu, tapi kita juga harus bisa menikmati rasa sedih, rasa kecewa, rasa benci. Jika memang sudah tak sanggup menyimpan rasa yang telah Allah titipkan itu, kembalikan lagi pada Allah" ucapku sambil memegang erat jemarinya, mencoba memberikan kekuatan semangat kepada sahabatku yang tengah jatuh cinta ini. Ku lihat dia masih diam, kembali raut wajah datarnya menatapku.
"Jatuh cinta itu sakit, kalau kita tidak bisa mengolahnya dengan baik...." kalimatku terputus kala ku lihat matanya membulat lucu, seakan bertanya maksud atas kalimatku ini.
 "Iyaaa.... namanya juga 'jatuh' ya pasti sakit dong, tapi ketika 'jatuh'nya didampingi sama 'cinta', yaaaa.... seharusnya gak harus menimbulkan rasa sakit, ketika seseorang sudah berani menyatakan rasa jatuh cintanya sama lawan jenisnya, maka dia harus sudah siap tuk 'bangun' dari 'jatuh' nya dia tadi..." jelasku panjang lebarnya.
 "Maksudnya.....?" tanya Ana polos.
"Seharusnya setelah jatuh cinta, yaaa... bangun cinta dong...." ucapku langsung.
"Apa tuh bangun cinta???" tanyanya lagi dengan raut wajah yang benar-benar ingin membuatku tertawa terbahak-bahak.
"Menikah atuh neng..." jawabku singkat sembari mengerlingkan mata menggodanya.
------

*(bersambung) ^_~ hehe...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar